Mengerikan, Ratusan Sapi di Riau Diserang Penyakit LSD, Pemprov Lakukan Pengawasan Ketat
Lumpy Skin Disease (LSD) penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.
Foto: ist.PEKANBARU - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau melakukan penyekatan, isolasi serta pengawasan keluar masuk sapi ke tujuh kabupaten setempat yang kini sedang terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD), sesuai arahan Gubernur Riau.
"Saya sudah bicara dengan Kepala Balai Besar Pelatihan dan Karantina Hewan (BBPKH) pak Cinagara Wisnu Wasesa Putra, agar sapi ini diisolasi sesuai zonasi atau wilayah, saya tidak setuju menyeluruh hanya di setiap wilayah saja agar virusnya tidak menyebar," kata Gubernur Riau Syamsuar di Pekanbaru, Senin (14/3).
Syamsuar mengatakan, bahwa penanganan virus LSD pada sapi ini sama seriusnya dengan menangani kasus Covid-19. Sebab penyakit ini juga menular ke sapi lainnya.
"Penyakit sapi ini harus ditangani seperti kita menangani Covid-19, sapi yang terpapar diisolasi, diobati dan ada juga vaksinasinya. Kalau tidak cepat ditangani, bisa merugikan para peternak sapi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, Herman mengatakan, untuk mencegah penular penyakit LSD pada sapi, sudah menyiapkan konsep penanganan.
"Langkah pertama yang akan dilakukan nantinya adalah masalah penyekatan lokasi yang terdampak LSD ini. Sapi yang ada di lokasi itu akan dilakukan pengawasan secara ketat. Jangan sampai sapinya keluar dari lokasi tersebut," katanya.
Harman menyampaikan, sapi yang terdampak LSD ini sudah diobati. Namun saat ini ada beberapa indikasi sudah ada pemulihan dari para sapi tersebut meskipun vaksinnya belum datang.
"Nah, sapi yang terdampak ini sudah kita obati, ada beberapa indikasi sudah ada pemulihan meskipun vaksinnya belum datang. Insya Allah nanti kalau vaksinnya sudah datang langsung kita laksanakan vaksinasi," tukasnya.
Untuk diketahui, 242 sapi terpapar LSD di 7 kabupaten kota, diantaranya Indragiri Hulu (Inhu) sebanyak 114 ekor sapi, Pelalawan 25 ekor, Kampar 8 ekor, Dumai 20 ekor, Bengkalis 12 ekor, Indragiri Hilir (Inhil) 13 ekor, dan Siak 50 ekor.
Dari jumlah itu, dimana 3 ekor sapi diantaranya mati. Namun tingkat kematian penyakit sangat kecil maksimal 5 persen. Selain mati, terdapat 13 ekor sapi dipotong paksa oleh peternak, karena masyarakat takut mati.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Dorong Industrialisasi di Wilayah Transmigrasi, Kementrans Jajaki Skema Kerja Sama Alternatif
- 2 Tak Sekadar Relaksasi, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Spa untuk Kesehatan
- 3 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 4 Industri Kosmetik Nasional Sedang 'Glowing', tapi Masyarakat Perlu Waspada
- 5 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
Berita Terkini
- Pemprov Banten Batalkan Pembangunan TPST di Desa Cileles
- Biden Yakin Gencatan Senjata di Gaza Segera Terwujud
- Biden Mengeklaim AS Memenangkan Persaingan di Seluruh Dunia
- Investasi Berdampak, Cara Strategis untuk Hadapi Tantangan Sosial dan Lingkungan
- Anggota DPR AS Desak Biden untuk Perpanjang Batas Waktu Pelarangan TikTok