Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengejutkan! Ledakan Dahsyat Terjadi Lagi di Dekat Masjid Syiah di Kabul, 8 Orang Tewas

Foto : VOA/AP

Muslim Syiah Afghanistan melakukan perayaan hari Asyura di masjid di Kabul, Jumat 5 Agustus 2022, sementara ledakan bom menewaskan 8 orang di hari yang sama.

A   A   A   Pengaturan Font

KABUL - Taliban mengatakan paling sedikit delapan orang tewas setelah sebuah bom yang disembunyikan di dalam sebuah gerobak meledak dekat masjid di sebuah daerah tempat tinggal minoritas Syiah di ibukota Afghanistan. VOA melaporkan, Sabtu (6/8).

Jurubicara untuk kepala polisi Kabul mengatakan 18 orang lainnya cedera dalam ledakan pada Jumat (5/8) di Kabul barat itu.

Sementara itu ratusan warga Afghanistan yang tampaknya diorganisir oleh Taliban melakukan reli di beberapa propinsi dan mengecam serangan pesawat nir awak AS pada hari Minggu yang menewaskan pemimpin al Qaeda Ayman al Zawahiri ketika berada di atas balkon dari sebuah rumah perlindungan di Kabul.

Taliban Rabu (3/8) mengutuk serangan pesawat nirawak Amerika yang menewaskan Zawahiri di jantung Kabul pada akhir pekan. Tetapi, mereka mengklaim masih tidak memiliki informasi tentang target yang dimaksud dan memperbarui tekad mereka untuk memerangi terorisme.

Abdul Salam Hanafi, wakil kedua perdana menteri Taliban, membuat pernyataan tersebut kepada para wartawan di ibu kota Afghanistan dalam apa yang merupakan reaksi resmi pertama oleh penguasa Islamis itu terhadap pembunuhan dalang teror tersebut, menyusul konfirmasi oleh Presiden AS Joe Biden Senin (1/8) malam.

Kehadiran Zawahiri di lingkungan Kabul yang mewah dipandang sebagai pukulan memalukan bagi Taliban yang merebut kekuasaan hampir setahun lalu dan telah mengupayakan legitimasi internasional untuk kekuasaan mereka.

"Kami masih belum mengetahui rincian ini. Yang kami ketahui hanyalah bahwa serangan udara telah terjadi di sini dan Emirat Islam kami mengutuk keras itu," kata Hanafi ketika dimintai komentarnya tentang pembunuhan al-Zawahiri dalam serangan pesawat nirawak AS.

Taliban menyebut pemerintah mereka sebagai Emirat Islam Afghanistan.

Hanafi mengecam serangan AS itu sebagai pelanggaran terhadap "kedaulatan negaranya, hukum internasional, dan perjanjian Doha." Dia merujuk pada kesepakatan "Februari 2020" yang ditandatangani oleh Taliban dan Washington di ibukota Qatar, Doha, yang menyerukan pasukan asing pimpinan AS untuk mundur dari Afghanistan dan kelompok pemberontak saat itu untuk mencegah teroris transnasional beroperasi di Afghanistan.

"Emirat Islam telah berulang kali mengatakan (kepada dunia) bahwa adalah kebijakan kami untuk tidak mengizinkan siapa pun menggunakan wilayah kami untuk melawan negara tetangga dan negara lain. Emirat Islam dengan tegas mendukung kebijakan ini," kata Hanafi.

Namun, Washington menyalahkan Taliban karena melanggar pakta tahun 2020 antara kedua pihak.

"Dengan menampung dan melindungi pemimpin Al Qaeda di Kabul, Taliban sangat jelas melanggar Perjanjian Doha dan jaminan berulang kali kepada dunia bahwa mereka tidak akan membiarkan wilayah Afghanistan digunakan oleh teroris untuk mengancam keamanan negara lain," menurut seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top