Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 28 Feb 2025, 06:10 WIB

Mengapa Wanita Kulit Hitam Lebih Mudah Meninggal Karena Kanker Payudara?

Foto: Wikimedia Commons

Wanita kulit hitam di AS memiliki kemungkinan 40 persen lebih besar untuk meninggal karena kanker payudara daripada wanita kulit putih. Selain itu mereka dua kali lebih besar untuk didiagnosis menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun.

Ketimpangan ini menambah tren yang mengkhawatirkan, yakni semakin banyaknya wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara pada awal masa dewasa dan paruh baya secara keseluruhan, menurut laporan tahunan American Cancer Society tentang kanker tahun 2025.

1740669277_0058148bbff45c4f1151.jpg

(Foto: Jekesai NJIKIZANA / AFP)

Ketimpangan kesehatan dan pendapatan menjadi faktor penyebab wanita kulit hitam meninggal karena kanker payudara pada tingkat yang tidak proporsional. Namun, faktor genetika disebut juga memainkan peran penting.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak peneliti yang bergabung dalam gerakan besar untuk menyelidiki misteri genetik di balik alasan mengapa wanita kulit hitam lebih mungkin meninggal karena kanker payudara daripada kelompok ras lain.

Mereka selama ini dikenal memiliki tumor yang lebih agresif, dan mengembangkan kanker payudara pada usia yang lebih muda. Namun kelompok ini memiliki insiden kanker payudara secara keseluruhan yang sedikit lebih rendah daripada wanita kulit putih.

Lebih dari 86 persen sampel DNA dalam studi genomik berasal dari peserta dengan keturunan Eropa, dan dari tahun 2016 hingga 2021, proporsi sampel dari populasi nonkulit putih tetap sama atau menurun. Manusia 99,9 persen identik secara genetik, tetapi perbedaan kecil mereka satu sama lain memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kanker dan penyakit lainnya.

Varian genetik tertentu, atau mutasi, sering dikaitkan dengan keturunan, dan beberapa telah dikaitkan dengan hasil kesehatan yang buruk. Varian yang diwariskan dalam gen yang menjaga peradangan dan pembelahan sel tetap terkendali dapat sangat memengaruhi risiko kanker.

“Misalnya, varian yang mematikan gen penekan tumor BRCA1 dan BRCA2 terkait dengan insiden kanker payudara yang lebih besar pada wanita keturunan Yahudi Ashkenazi. Sebaliknya, sedikit yang diketahui tentang varian genetik yang memengaruhi risiko kanker bagi wanita kulit hitam karena kurangnya representasi selama beberapa dekade dalam studi genomik dan uji klinis,” kata Melissa Davis, ahli genetika Sekolah Kedokteran Morehouse yang memimpin salah satu kolaborasi internasional terbesar dalam penelitian disparitas kanker payudara.

“Kelompok orang yang telah diteliti untuk mengidentifikasi penanda risiko genetik sebagian besar adalah orang-orang keturunan Eropa,” kata Davis. “Itu berarti bahwa risiko genetik yang ada pada kelompok lain tidak diketahui, tidak terdokumentasi, tetapi kita tahu itu ada,” ujar seperti dilaporkan Scientific American.

Para peneliti kini mengikutsertakan lebih banyak orang dengan keturunan Afrika dalam studi genomic. Mereka telah mengidentifikasi lebih banyak varian yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup kanker payudara pada wanita kulit hitam.

Para ilmuwan bermitra secara internasional untuk berbagi data, repositori DNA, dan sumber daya lainnya, yang mengarah pada lebih banyak penemuan yang dapat meningkatkan pengobatan kanker untuk populasi ini.

Lalu mengapa kanker payudara lebih mematikan pada wanita kulit hitam? Kematian akibat kanker payudara telah menurun untuk semua kelompok kecuali wanita penduduk asli Amerika sejak tahun 1990. Tetapi kesenjangan kelangsungan hidup telah melebar antara wanita kulit hitam dan kulit putih.

Penggunaan mammogram yang lebih luas, bersama dengan penerapan terapi hormon yang ditargetkan lebih dari 40 tahun yang lalu, telah berkontribusi secara signifikan terhadap penurunan angka kematian. Namun, meskipun wanita kulit hitam sedikit lebih mungkin daripada wanita kulit putih untuk menerima mammogram secara teratur, terapi hormon yang ditargetkan seringkali kurang efektif untuk wanita kulit hitam.

1740669277_15efd8407c27725b46e7.jpg

(Foto: Yasuyoshi CHIBA / AFP)

“Sebelum pertengahan 1980-an, tidak masalah apakah Anda berkulit hitam atau putih, Anda memiliki peluang yang sama untuk bertahan hidup dari kanker payudara,” kata Davis.

Dia dan ilmuwan lain meneliti genetika untuk menjelaskan sebagian perbedaan respons wanita kulit hitam terhadap terapi hormon dan alasan mereka terkena kanker lebih muda dan memiliki tumor yang lebih agresif.

Pada awal 2000-an, para ilmuwan mencatat tumor yang paling agresif tidak memiliki tiga reseptor yang merespons terapi hormon dan menyebut subtipe kanker ini kanker payudara triple-negatif (cancer subtype triple-negative breast cancer/TNBC). Wanita kulit hitam dua kali lebih mungkin terkena jenis kanker ini daripada wanita kulit putih kontributor utama terhadap kesenjangan mortalitas.

Davis adalah salah satu peneliti pertama yang berupaya mengungkap mekanisme genetik di balik kanker payudara triple-negatif. “Kami mulai mengajukan pertanyaan, ‘Apa kesamaan pasien-pasien ini yang tidak dimiliki wanita kulit putih?’” kata Davis. “Itu mengarah langsung pada keturunan Afrika,” ucapnya.

Davis adalah mantan direktur ilmiah Pusat Internasional untuk Studi Subtipe Kanker Payudara, salah satu kelompok penelitian internasional berskala besar pertama yang mempelajari disparitas genetik kanker payudara pada wanita dengan keturunan Afrika.

Ia dan pendiri pusat tersebut, Lisa Newman, seorang peneliti dan kepala ahli bedah payudara di Weill Cornell Medicine, merupakan salah satu peneliti pertama yang mengamati bahwa sebagian besar kasus TNBC secara global terjadi di Afrika Barat sub-Sahara. Sebagian besar orang Afrika-Amerika memiliki keturunan Afrika Barat sub-Sahara.

Bekerja sama dengan lembaga-lembaga di Ghana dan Ethiopia, Davis dan Newman menciptakan gambaran yang lebih inklusif tentang genom manusia dengan memetakan profil genetik orang-orang dengan keturunan Afrika yang memiliki TNBC menggunakan jaringan yang disumbangkan oleh orang Afrika-Amerika dan orang Afrika.

Penelitian oleh Davis telah menemukan bahwa wanita Afrika-Amerika jauh lebih mungkin daripada wanita kulit putih untuk memiliki subtipe TNBC yang agresif dan negatif reseptor androgen. Dan sebuah studi tahun 2022 yang ditulis bersama oleh Davis menunjukkan bahwa memiliki lebih banyak keturunan Afrika. hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.