Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengapa Harus Kampanye Negatif?

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kampanye negatif sering disandingkan dengan kampanye hitam. Keduanya berbeda. Yang pertama, ada fakta dan data. Sedang yang kedua, tidak berdasar dan lebih banyak fitnah. Kampanye negatif memang ada data dan fakta, akan tetapi ini cara memandang dari sisi negatif. Isinya, kampanye negatif dengan data dan fakta tersebut jurkam menyerang dan menjelek-jelekkan lawan politik.

Padahal bisa juga berkampanye tanpa menjelek-jelekkan lawan, yaitu kampanye positif. Dia berupa adu program dan gagasan. Adu yang terbaik untuk membangun dan membesarkan bangsa. Adu strategi terbaik untuk menyejahterakan rakyat. Itu lebih mencerahkan dan berfaedah daripada menjelek-jelekkan lawan, sekali lagi, walau tidak dilarang.

Kita juga sering mendengar, "positive thinking" dan "negative thinking." Bisa saja terlalu sering berkampanye negatif, kelompoknya lalu bisa terjerumus ke negative thinking (sebuah cara pandang yang selalu mendasarkan diri pada yang serbajelek, serbanegatif, dan serbaburuk). Orang ber-negative thinking cenderung selalu metani (mencari kutu kepala/alias mencari jeleknya saja).

Nah, kalau pemimpin cenderung atau terbiasa berpikir negatif, bisa-bisa dari dirinya lahir juga banyak yang serbanegatif. Atau jangan-jangan memang kubu itu terbiasa dengan yang serbanegatif dan jarang berpikir positif. Nah, pemimpin dengan kubu seperti ini tentu kontraproduktif dengan harapan rakyat. Masyarakat tidak menginginkan pemimpin yang negative thinking. Rakyat menunggu pemimpin yang punya strategi jitu menyejahterakan rakyat, pekerja keras, tidak memiliki masa lalu yang kelam, santun, tidak urakan, dan jujur. Rakyat hanya ingin pemimpin yang benar-benar berkuasa untuk kepentingan rakyat, bukan demi kelompok, apalagi diri sendiri.

Komentar

Komentar
()

Top