Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Mengagetkan! Presiden Rusia Vladimir Putin Sebut Amerika Anggap Dirinya Sebagai Utusan Tuhan Hingga Tega Lakukan Ini

Foto : Sergei Bobylev/TASS

Presiden Rusia Vladimir Putin.

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mengatakan hal pedas kepada Amerika Serikat (AS). Putin mengklaim bahwa dirinya melihat AS sebagai "utusan Tuhan di Bumi" yang memiliki kepentingan tetapi tidak bertanggung jawab.

"Setelah mengklaim kemenangan dalam Perang Dingin, Amerika Serikat menyatakan itu adalah utusan Tuhan di Bumi, yang tidak memiliki kewajiban, tetapi hanya kepentingan - dan kepentingan ini sakral," ujar Putin seperti dikutip kantor berita TASS.

Hal itu diungkapkan Putin melalui pidatonya di rapat pleno Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg pada hari Jumat (17/6).

Dalam pidatonya, Putin menyebut bahwa AS hingga saat ini enggan melihat bagaimana negara-negara kuat baru terbentuk selama beberapa dekade. Menurut Putin, negara-negara itu juga memiliki kedaulatan yang harus dilindungi.

"Amerika Serikat seolah-olah tidak menyadari bahwa selama beberapa dekade terakhir pusat-pusat baru yang kuat telah muncul di seluruh dunia dan suara mereka terdengar semakin keras. Masing-masing dari mereka mengembangkan sistem politik dan lembaga publiknya sendiri dan menerapkan model pertumbuhan ekonominya sendiri dan, tentu saja, memiliki hak untuk melindungi mereka dan memastikan kedaulatan nasional," tegas Putin.

"Kita menyaksikan proses objektif dan perubahan tektonik yang benar-benar revolusioner," ujar Putin.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, mengklaim Amerika Serikat (AS) memiliki tujuan lain dalam membantu Ukraina melawan apa yang disebutnya sebagai 'operasi khusus' Rusia.

Dikutip dari Russia Today, Lavrov mengatakan AS dan sekutunya dengan sengaja memanfaatkan konflik di Ukraina sebagai cara lain untuk melemahkan Rusia.

"Mereka (AS) mengejar tujuan yang telah lama mereka umumkan: Rusia harus tahu tempatnya dan bahwa Rusia (seharusnya) tidak memiliki suara dalam urusan internasional; Rusia harus mematuhi aturan yang ditetapkan oleh AS," kata Lavrov seraya menambahkan bahwa Washington tampaknya "sangat menyadari" fakta kalau keinginannya itu tidak akan berhasil.

Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan bahwa Kyiv telah gagal mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014. Sejak saat itu, Rusia telah menuntut Ukraina untuk secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Sementara Ukraina, menegaskan serangan Rusia ke negaranya benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik itu dengan paksa.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top