Mengagetkan, Ada Apa Tiba-tiba Penjaga Makam Korban Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883 Sampaikan Ini
Mbah Asri seorang nenek berusia 95 tahun di Desa Muruy Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten kini menjaga dan merawat makam korban letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang mengakibatkan terjadi gelombang tsunami.
Selama tinggal di lokasi pengungsian Syech Asnawi membangun masjid hingga menikah dengan penduduk setempat.
"Warga tetap melestarikannya," katanya menjelaskan.
Menurut dia, masjid Adzikri Muruy pernah dimasuki pasukan Belanda pada agresi kedua tahun 1948.
Pasuka Belanda itu mengumpulkan warga dan tokoh setempat di masjid untuk berdialog, namun hanya dihadiri beberapa orang saja.
Beruntung, pasukan Belanda yang dilengkapi senjata tidak melakukan kekerasan hingga penembakan.
Saat Ramadhan Masjid Adzikri Muruy seluas 400 meter persegi dengan daya tampung 350 orang menggelar pengajian tadarusan Al Quran, dakwah, Shalat Tarawih dan diskusi keagamaan.
Kegiatan agama selama Ramadhan di masjid itu cukup penuh sejak buka puasa hingga usai Shalat Subuh.
"Kami sudah mengagendakan setiap Ramadhan menggelar kegiatan keagamaan," katanya menjelaskan.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang Lilis Sulistiyati mengatakan pihaknya kini siap siaga untuk mengantisipasi erupsi Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda guna mengurangi risiko kebencanaan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya