Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menelusuri Mata Rantai Masa Lalu Kabupaten Banyumas

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Keunikannya selan saka tunggal di tengah adalah adanya empat helai sayap dari kayu di tengah saka. Empat sayap yang menempel di saka tersebut melambangkan "papat kiblat limapancer" atau empat mata angin dan satu pusat.

Papat kiblat limapancerberarti manusia sebagaipancerdikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi. Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus lurus. Jika bengkok atau melakukan hal negatif itu artinya maka bukan lagi manusia.

Empat mata angin itu berarti bahwa hidup manusia harus hidup seimbang. Jangan terlalu banyak air bila tak ingin tenggelam, jangan banyak angin bila tak mau masuk angin, jangan terlalu bermain api bila tak mau terbakar, dan jangan terlalu memuja bumi bila tak ingin jatuh.

Masjid yang dilindungi sebagai benda cagar budaya/situs itu berada di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Bangunan berdiri di tengah suasana pedesaan yang begitu kental. Bahkan di kawasan masjid yang dipenuhi dengan kera-kera yang berkeliaran bebas.

Sejarah Masjid Saka senantiasa terkait dengan tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih. Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai markas. Saat ini makamnya tidak jauh dari Masjid Saka Tunggal.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top