Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menelusuri Mata Rantai Masa Lalu Kabupaten Banyumas

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tradisi yang masih berlangsung di Masjid Saka Tunggal melantunkan kidung selama menunggu waktu salat Jumat. Kidung dilantunkan dengan campuran antara bahasa Arab dan Jawa. Tradisi ini oleh masyarakat setempat disebut "ura-ura".

Di Masjid Saka Tunggal, imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiah, tetapi mereka menggunakanudeng/pengikat kepala. Mereka berpakaian baju putih lengan panjang warna putih, menggunakanudengbermotif batik, dan keempat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan.

Uniknya lagi, seluruh rangkaian salat Jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari salat tahiyatul masjid, qobliyah Jumat, salat Jumat, ba'diah Jumat, salat dzuhur, hingga ba'diah dzuhur. Tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini yaitu tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara adzan yang dilantunkan oleh empat muadzin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid ini.

Bagi warga Banyumas, Pendopo Si Panji memberi kebanggaan tersendiri karena nilai sejarahnya. Pendopo ini memiliki hubungan yang kuat dengan sejarah Banyumas. Awalnya merupakan pendopo Kabupaten Banyumas yang berada di Kota Banyumas. Karena beberapa alasan pendopo tersebut dipihan ke lokasinya yang sekarang yaitu di Jalan Kabupaten nomor 1, Alun-alun Purwokerto.

Pendopo Si Panji menggantikan pendapa lama dalem Kabupaten Purwokerto yang dibuat oleh Martadipura II. Pemindahan dan penggantian dilakukan karena soko guru pendopo lama sudah lapuk. Pada masa pemerintahan Bupati Banyumas ke-20 yaitu Adipati Aryo Sujiman Gandasubrata, Bupati Banyumas (1933-1950), pendopo dipindah menyusul dihapusnya Kabupaten Purwokerto oleh Belanda pada 1 Januari 1936.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top