Melihat Jejak 'Manusia Perahu' Vietnam
Foto: IstimewaKota Batam memiliki tiga pulau besar yaitu Pulau Batam, Rempang dan Galang. Ketiganya dihubungkan melalui jalan Trans Barelang (Batam, Rempang dan Galang) melalui 5 jembatan yang melewati dua pulau kecil lain yaitu Pulau Tonton dan Nipah.
Khusus Pulau Galang memiliki destinasi wisata bersejarah yaitu kamp pengungsi Vietnam di Desa Sijantung, Kecamatan Galang, Kota Batam. Lokasinya tidak jauh dari hanya sekitar tiga hingga 6 kilo dari Pantai Mirota, tergantung kamp mana yang hendak dikunjungi.
Saat ini masyarakat dapat untuk melihat bagaimana masyarakat Vietnam tinggal sementara ketika mereka harus meninggalkan negaranya karena konflik politik di pulau seluas 80 hektare ini. Kampung Vietnam atau Camp Vietnam di Pulau Galang kini dijadikan lokasi Wisata untuk umum di bawah Badan Pengusahaan (BP) Batam.
Masyarakat dapat mendatangi tempat ini untuk melihat sejarah tragedi kemanusiaan akibat perang saudara di masa lalu. Di sini dapat dijumpai Vihara Quan Am Tu yang digunakan umat Konghucu untuk beribadah. Pada lokasi itu juga dapat dijumpai tempat peribadatan agama lainnya mulai dari gereja hingga musala.
Fasilitas lainnya adalah seperti rumah sakit dan pemakaman. Di sini terdapat sekitar 500 makam dari mereka yang meninggal selama berada di pengungsian. Ada juga museum yang menyimpan koleksi barang-barang peninggalan masyarakat Vietnam serta alat kantor yang digunakan PBB untuk mendata pengungsi Vietnam.
Dalam sejarahnya Kamp Vietnam dibuka dari 1979-1996 untuk menampung apa yang dikenal dengan manusia perahu atau manusia sampan. Selama kurun waktu tujuh tahun, lembaga UNHCR, PBB mengumpulkan para pengungsi perang Vietnam ini, yang tersebar di beberapa pulau seperti Pulau Natuna, Tarempa, Anambas, dan sekitarnya, menjadi satu di tempat ini.
Mereka berbondong-bondong keluar dari negara itu menyusul kekalahan Vietnam Selatan yang didukung Amerika Serikat (AS). Hal ini ditandai dengan penarikan pasukan negara adidaya itu pada 29 Maret 1973, sebuah masa puncak ketegangan Perang Dingin.
Kekalahan Vietnam Selatan yang menimbulkan kegoncangan di masyarakatnya. Mereka berupaya pergi dari Vietnam mencari tempat untuk berling dari ancaman komunis. Rombongan pertama berjumlah 25 orang mendarat pada 22 Mei 1975 di Pulau Laut di bagian utara Kepulauan Natuna.
Para pengungsi tersebut semakin bertambah jumlahnya memasuki perairan Indonesia dan mendarat di berbagai pulau di Kepulauan Riau. Melihat hal itu, pihak Indonesia menyediakan sebuah pulau untuk keperluan Refugee Processing Centre (RPC) sebagai pusat pemrosesan dan pemeliharaan pengungsi yang berada di wilayah Indonesia.
Hingga pada 1979, pembangunan pusat penampungan dan proses pengungsi di Pulau Galang dilakukan. Tercatat sebanyak 250.000 orang tinggal di tempat penampungan tersebut. Dibantu oleh lembaga nasional dan internasional, Indonesia mempersiapkan sarana prasarana untuk mereka.
Ketika ketegangan akibat Perang Vietnam telah benar-benar meredup pada 1996, akhirnya para pengungsi diminta untuk kembali ke negaranya. Namun demikian beberapa mantan pengungsi pernah datang berombongan untuk sekedar reuni maupun melakukan napak tilas.
Dari Kota Batam yang ramai, Kampung Vietnam dapat dicapai dengan kendaraan mengikuti rute Trans Barelang. Jaraknya dari pusat mencapai 56 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam 17 menit, melewati lima jembatan ikonik.
Perjalanan melalui jalur jalan raya ini cukup mengasyikan dengan perbukitan yang ada di sekitarnya. Pemandangan dapat laut ketika jalan ini mendekati kawasan pantai. Selat-selat sempit di bawah jembatan adalah pesona pemandangan bahari lainnya. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 3 Irwan Hidayat : Sumpah Dokter Jadi Inspirasi Kembangkan Sido Muncul
- 4 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 5 Tak Tinggal Diam, Khofifah Canangkan Platform Digital untuk Selamatkan Pedagang Grosir dan Pasar Tradisional