Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menelusuri Jejak Peradaban Megalitikum di Kampung Bena

Foto : ISTIMEWA/KEMDIKBUD

Potret Desa Kampung Bena

A   A   A   Pengaturan Font

Jumlah klan kini mencapai 9 klan terdiri dari Dizi, Dizi Azi, Wahto, Deru Lalulewa, Deru Solamae, Ngada, Khopa, dan Ago. Pembeda antara klan dengan klan lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah dan setiap satu klan berada dalam satu tingkat ketinggian.

Meski teknologi telah berkembang Kampung Bena hanya menerapkannya energi listrik secara terbatas misalnya untuk penerangan. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Mereka masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Itulah mengapa arsitektur bangunan Kampung Bena dibangun dengan memperhatikan fungsi dan makna yang mendalam. Masing-masing mengandung kearifan lokal dan masih relevan diterapkan masyarakat pada masa kini dengan pengelolaan lingkungan yang ramah lingkungan. Bukti masyarakat tidak mengeksploitasi lingkungannya bisa dilihat dengan membiarkan kontur tanah seperti asli yang berbukit-bukit.

Pada 1995 Kampung Bena telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Kini kampung ini sudah masuk dalam daerah tujuan wisata andalan Kabupaten Ngada. Pengunjungnya terutama wisatawan asing yang tertarik dengan wisata budaya. Kebanyakan mereka berasal dari Eropa terutama dari Jerman dan Italia, yang bertanya tentang seluk beluk kampung ini secara mendalam ke pemandu wisata.

Selain melihat bangunan dari masa pra sejarah atau per tulisan, bisa dijumpai kerajinan hasil karya perempuan Kampung Bena yaitu kain tenun ikat. Para perempuan di kampung itu harus bisa menenun, dan kemampuan itu sudah diasak sejak kecil. "Kami (perempuan) di Bena harus tahu menenun sejak kecil," kata Tina Bebhe, 38 tahun, yang dengan ramah menjawab pertanyaan pengunjung kampung tersebut, dikutip dari Antara.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top