Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 31 Agu 2021, 00:00 WIB

Mencium Makanan Pengaruhi Berat Badan

Foto: istimewa

Membaui makanan untuk menikmati aroma sebelum memakannya terkadang terlihat sepele dan tidak akan berpengaruh apa-apa. Tapi hobi yang tampaknya tidak berbahaya sama sekali itu ternyata berpengaruh pada berat badan.
Sebuah studi dari University of California (UC) Berkeley pada 2017 menemukan, mencium makanan sebelum memakannya berpengaruh pada penambahan berat badan. Hal ini karena indera penciuman manusia terkait dengan penyimpanan atau pembakaran lemak tubuh yang dikonsumsi.
Dalam makalah penelitian yang diterbitkan pada jurnal Cell Metabolism, peneliti menggunakan beberapa tikus untuk pengujian. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi tiga kelompok terpisah yaitu kelompok kontrol, kelompok dengan tikus yang indera penciumannya sementara dinonaktifkan dan kelompok dengan kemampuan penciuman super.
Semua tikus-tikus kemudian diberi makan diet tinggi lemak yang sama. Hasilnya penelitian menunjukkan tikus yang tidak bisa mencium bau makanan tidak mendapatkan berat badan sebanyak tikus-tikus yang memiliki indera penciuman yang superior.
Sementata itu pada tikus-tikus yang mengalami kenaikan berat badan paling banyak namun mengalami gangguan penciuman, mereka kehilangan semua berat badan, meskipun mereka terus makan makanan yang menggemukkan.
Makanan yang berbau harum tentu memiliki kekuatan untuk mengatur pola makan. Bau menggugah selera yang keluar dari toko roti memiliki kecenderungan untuk memikat.
"Seringkali pasien yang kehilangan indera penciumannya karena stroke atau akibat penyakit kronis seperti Parkinson juga akan kehilangan keinginan untuk makan," kata Alix Turoff dari Top Balance Nutrition di New York City kepada Today beberapa waktu lalu.
Turoff memaparkan, ia selalu berhati-hati saat menerapkan penelitian dari studi tikus ke populasi manusia karena bagaimanapun manusia bukan tikus. Namun menariknya pada tikus kehilangan kemampuannya untuk mencium tidak menggunakan kalori makanan dengan cara yang sama seperti pada tikus yang memiliki kemampuannya untuk mencium.
"Apa yang diusulkan ini adalah bahwa dengan menghilangkan indera penciuman, kita mungkin tidak menggunakan atau menyimpan makanan dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan dengan indera penciuman kita secara utuh," kata Turoff.
Tampaknya begitu neuron penciuman pada tikus dihancurkan, membuat tikus mulai membakar lebih banyak kalori dengan memasang kembali sistem saraf mereka, mengubah sel lemak krem menjadi sel lemak coklat. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.