Mencium Makanan Pengaruhi Berat Badan
Foto: istimewaMembaui makanan untuk menikmati aroma sebelum memakannya terkadang terlihat sepele dan tidak akan berpengaruh apa-apa. Tapi hobi yang tampaknya tidak berbahaya sama sekali itu ternyata berpengaruh pada berat badan.
Sebuah studi dari University of California (UC) Berkeley pada 2017 menemukan, mencium makanan sebelum memakannya berpengaruh pada penambahan berat badan. Hal ini karena indera penciuman manusia terkait dengan penyimpanan atau pembakaran lemak tubuh yang dikonsumsi.
Dalam makalah penelitian yang diterbitkan pada jurnal Cell Metabolism, peneliti menggunakan beberapa tikus untuk pengujian. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi tiga kelompok terpisah yaitu kelompok kontrol, kelompok dengan tikus yang indera penciumannya sementara dinonaktifkan dan kelompok dengan kemampuan penciuman super.
Semua tikus-tikus kemudian diberi makan diet tinggi lemak yang sama. Hasilnya penelitian menunjukkan tikus yang tidak bisa mencium bau makanan tidak mendapatkan berat badan sebanyak tikus-tikus yang memiliki indera penciuman yang superior.
Sementata itu pada tikus-tikus yang mengalami kenaikan berat badan paling banyak namun mengalami gangguan penciuman, mereka kehilangan semua berat badan, meskipun mereka terus makan makanan yang menggemukkan.
Makanan yang berbau harum tentu memiliki kekuatan untuk mengatur pola makan. Bau menggugah selera yang keluar dari toko roti memiliki kecenderungan untuk memikat.
"Seringkali pasien yang kehilangan indera penciumannya karena stroke atau akibat penyakit kronis seperti Parkinson juga akan kehilangan keinginan untuk makan," kata Alix Turoff dari Top Balance Nutrition di New York City kepada Today beberapa waktu lalu.
Turoff memaparkan, ia selalu berhati-hati saat menerapkan penelitian dari studi tikus ke populasi manusia karena bagaimanapun manusia bukan tikus. Namun menariknya pada tikus kehilangan kemampuannya untuk mencium tidak menggunakan kalori makanan dengan cara yang sama seperti pada tikus yang memiliki kemampuannya untuk mencium.
"Apa yang diusulkan ini adalah bahwa dengan menghilangkan indera penciuman, kita mungkin tidak menggunakan atau menyimpan makanan dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan dengan indera penciuman kita secara utuh," kata Turoff.
Tampaknya begitu neuron penciuman pada tikus dihancurkan, membuat tikus mulai membakar lebih banyak kalori dengan memasang kembali sistem saraf mereka, mengubah sel lemak krem menjadi sel lemak coklat. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Terus Bertambah, Daop 7 Catat 13.489 Tiket Terpesan di Libur Natal dan Tahun Baru 2025
- Hidupkan Pasar Properti, Guangzhou di China Akan Pangkas Pajak Penjualan Rumah Berukuran Besar
- Operasi Gabungan Berhasil Memberantas Seluruh Pusat Penipuan Telekomunikasi di Myanmar
- Bawaslu DKI: RT/RW Jangan Terlibat Politik Praktis di Pilkada Jakarta
- MUF GJAW 2024 Diharapkan Jadi Katalisator Pertumbuhan Industri Otomotif Nasional