Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 14 Okt 2017, 01:00 WIB

Memahami Musisi ketika Menikmati Seni Visual

» Saleh Husein alias Ale, musisi yang tergabung dalam White Shoes and The Couples Company dan The Adams, agaknya memiliki keahlian lain yakni melukis. Sejumlah lukisannya pernah dipamerkan di Singapura, Jepang, dan Australia.

Foto: KORAN JAKARTA/Wachyu Ap

Seni visual adalah seni yang dapat dinikmati dengan indra penglihatan. Seni dua dimensi yang meliputi garis, cahaya, warna, bentuk, dan gerak. Misalnya, seni lukis, seni grafis, dan sinematografi. Sedangkan seni tiga dimensi, meliputi ruang dan wujud.

Representasi bentuk seni visual dipertimbangkan secara sinergis melalui perhelatan media yang digunakan sebagai dasar perwujudan rupa. Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.

Untuk perkembangan Indonesia di bidang seni memang sangat kaya. Dapat dilihat dari bermunculannya talenta di bidang seni rupa yang mengikuti acara, ataupun pameran berskala lokal maupun internasional. Banyak seniman Indonesia yang bergiat di bidang visual art dengan karya mendunia. Sebut saja Safrie Effendi, Ressa Latifah, Abenk Alter dan Saleh Husein.

Untuk nama yang terakhir, ketertarikan pria yang kerap disapa Ale terhadap dunia lukis ternyata sudah ia gemari sejak kecil. Saat duduk dibangku SMA, kegiatan menggambar menjadi semakin intens ia lakukan. Memasuki fase kuliah, dirinya sempat berkeinginan untuk menjalani pendidikan di luar kota Jakarta. ITB dan STISI Telkom Bandung pernah ingin dicobanya, namun urung karena dua saudara laki lakinya sudah berada di luar Jakarta lebih dulu, yakni Malang dan Belanda.

Akhirnya ia memutuskan untuk tetap menempuh pendidikan di Jakarta dan berhasil masuk Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan design. Namun, karena terlalu banyak peminat dan sarana yang kurang memadai, Ale memutuskan pindah dan fokus pendidikan di jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa, IKJ. Dari sinilah ia mulai menekuni hal hal yang berhubungan dengan visual art. Mulai dari komposisi, warna serta rutinitas sehari-hari yang ternyata memiliki relasi kuat dengan visual.

Berbeda dengan jurusan sebelumnya, peminat untuk jurusan visual art masih sedikit. Bahkan Ale berani mimpi jika kelak ia bisa menjadi art director.

Keahliannya dalam melukis pun semakin mendapat perhatian pihak industri. Visual art yang dikerjakan pun bermacam-macam mulai mural di café, rumah, kamar, hingga kebutuhan set shooting.

Selain dikenal sebagai gitaris grup musik White Shoes & The Couples Company dan The Adams, ia juga seniman yang terlibat dalam berbagai perhelatan seni rupa. Pada 2012, menjadi pameran tunggal bagi dirinya di Ruang Rupa Gallery, Tebet, yang berjudul Riwayat Saudagar. Pamerannya saat itu menceritakan mengenai seluk-beluk dan kisah nenek moyangnya yang keturunan Arab hingga ke Jakarta. Karyanya pun telah masuk Jakarta Bienniale 2009 dan 2013, pameran ulang tahun ke 25 Rumah Seni Cemeti, Roppongi Art Night, Museum Seni Kontemporer Tokyo, Museum Seni Nasional Osaka, Museum Seni dan Manifesto Singapura: pameran kolaboratif dengan dua seniman dari Darwin, Australia. mae/R-1

Tak Banyak Kesulitan

Projek terbaru yang akan dikerjakan dalam waktu dekat ini adalah melakukan riset mengenai Kapitan Arab dari ACT (Arabian Control Teritory). Project ini terkait sejarah pada 1920-an sampai 1942 di mana Belanda membuat membagi warga keturunan menjadi Eropa, Hindi Eropa, Timur Asing dan Pribumi.

"Project ini nantinya segera dipamerkan di Brussel, Belgia. Ada 240 dokumen drawing yang akan dipamerkan di acara tersebut. Beberapa seniman lain dari Bandung dan Yogya seperti Iswanto Hartono, Raden Saleh, Antariksa, Agung Leak siap memamerkan karya terbaik yang dimiliki," ungkap Ale.

Namun, bagi pria kelahiran 21 maret 1982, musik juga menjadi salah satu hal penting dihidupnya. Menurutnya, bermusik adalah suatu hal kolektif yang memiliki unsur kekeluargaan.

Visual art dan musik, keduanya sama dekat dengan kehidupan Ale. Dalam seni lukis yang dikerjakannya pun tak jarang ia kombinasikan dengan beberapa video dengan treatment yang sama. Seperti mencampur warna dan dialihkan ke arah multimedia walaupun dalam konteks dan tetap pada tindakan seni lukis pada umumnya.

Selain Ale sendiri, rekan se-bandnya di White Shoes and The Couples Company, Rio Farabi dan Sari, vokalis ternyata menggeluti bidang yang sama. Tak jarang ketiganya pun bekerja sama sebagai penanggung jawab visual dalam pengerjaan serta treatment seperti apa yang sesuai dengan album.

Menekuni dua hal berbeda, ternyata tak banyak kesulitan yang ia temui hingga menghalangi dirinya untuk tetap terus berkarya. Ale dapat membagi waktu di luar produksi musik atau pembuatan album dengan pengerjaan seni lukis yang terbilang santai. Pola pola seperti itulah yang ia diterapkan agar kedua seni tersebut tetap konsisten untuk di jalankan.

"Buatlah karya apapun, lakukan apa yang kita sukai lalu kerjakan. Gunakan passion yang dimiliki untuk survive. Berkarya bisa dalam bentuk apapun. Akan ada banyak hal yang kita dapatkan selain dari finansial. Menjalin relasi dengan orang lain akan menjadi suatu hal yang menarik di kemudian hari," tutupnya. mae/R-1

Dua Entitas Berbeda

Menikmati lukisan tidak sama dengan memahami lukisan. Sebagian orang, bisa begitu terpesona saat melihat lukisan lalu spontan juga ingin memilikinya. Namun ketika ditanya kenapa ia tertarik, ia tidak bisa menjelaskannya. Bila dipaksa, jawabannya bisa berkisar antara suka dan tidak, senang dan tidak. Tetapi sebagian orang, justru bisa menjelaskan secara rinci dan logis kenapa tertarik pada lukisan, terlepas apakah ia ingin memilikinya atau tidak.

Steppen C. Pepper, dalam bukunya The Principles of Appreciation, menjelaskan ada empat tingkat rasa ketertarikan seseorang dalam hubungannya dengan karya seni. Pertama adalah tingkat subjektif, yaitu rasa ketertarikan yang muncul karena pengaruh hubungan emosional seseorang dengan seniman pencipta karya seni.

Kedua tingkat kultur. Rasa ketertarikan dipengaruhi latar budaya yang dianut atau tempat tinggal seseorang. Ketiga, tingkat biological, yaitu rasa ketertarikan yang muncul secara refleks setelah mengamati sebuah lukisan.

Keempat, tingkat absolut, yaitu rasa ketertarikan yang dipengaruhi suatu pendapat atau keyakinan tertentu.

Berbeda dengan menikmati, memahami lukisan justru bukan melibatkan unsur psikologis (emosional). Jika pada menikmati seseorang bisa saja merasa lebur, terserap bahkan hanyut secara kejiwaan saat melihat sebuah lukisan, maka pada memahami, seseorang harus dalam keadaan sadar (diri).

Seperti dikatakan (1800-1934), "Seseorang harus membebaskan diri dari segala pengaruh ketika akan memahami sebuah karya seni, karena keterlibatan emosional akan menyebabkan penilaiannya menjadi sekedar pembenaran dari kecendrungan pribadi," ungkap Edward Bullough, pengamat lukisan. mae/R-1

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.