![Melestarikan Kearifan Lokal untuk Ketahanan Budaya](https://koran-jakarta.com/images/article/phpxqyqhv_resized.jpg)
Melestarikan Kearifan Lokal untuk Ketahanan Budaya
![Melestarikan Kearifan Lokal untuk Ketahanan Budaya](https://koran-jakarta.com/images/article/phpxqyqhv_resized.jpg)
Selain itu, sebelum memulai proses latihan, Guillaume harus memahami kehidupan orang Dayak terlebih dahulu.
Selama latihan, Guillaume pun mengaku mengalami berbagai kendala. Yang paling membekas adalah kakinya lecet-lecet akibat menari tanpa alas kaki.
"Lalu tidak ada cermin. Saya tidak terbiasa menari tanpa cermin. Dan tidak ada musik. Mereka menyanyikan musik, tidak menggunakan pemutar CD. Tidak bisa selalu ada penyanyi di sana untuk mengulangi lagu pengiring tarian. Saya belajar tanpa musik selama 3 hari baru kemudian menggunakan musik. Bagi saya ini sangat sulit. Dan ada banyak tes mental yang membuat saya frustasi pada awalnya. Karena itu sangat spiritual," ungkapnya.
Guillaume diajarkan tarian Pegah Penyang tentang kewibawaan orang Dayak saat harus berbicara di muka masyarakat adat. Tarian ini banyak menggunakan hentakan kaki yang menurut Nino, untuk mencari perhatian warga.
"Koreografi ini berdurasi tujuh menit padahal saya terbiasa dengan koreografi tiga menit atau bahkan kurang, terkadang hanya 20 detik untuk satu lagu untuk satu koreografi."
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya