Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pagelaran Tari Dayak

Melestarikan Kearifan Lokal untuk Ketahanan Budaya

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Memperingati Hari Kemerdekaan ke 73 tahun Polda dan Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar pagelaran Tari Dayak Kebangsaan. Pagelaran ini merupakan salah satu bentuk pengembangan ketahanan budaya, untuk mencapai kesatuan dan persatuan bangsa.

Kapolda Kalteng Irjen Pol Drs Anang Revandoko, melalui Kabidhumas Polda Kalteng AKBP Hendra Rochmawan, SIK, MH, menyerahkan hadiah lomba Pagelaran Seni Budaya Tari Dayak Kebangsaan 2018 kepada para pemenang lomba.

"Untuk juara I kita berikan tropi, piagam dan uang pembinaan 7,5 juta rupiah, juara II tropi, piagam, uang pembinaan 5 juta dan juara III diberikan tropi, piagam serta uang pembinaan 3 juta. Selain itu juga seluruh peserta mendapatkan tropi dan piagam tanda keikutsertaan. Kami selenggarakan lomba ini sebagai wujud bahwa Polda Kalteng ikut melestarikan kearifan lokal," ungkap Hendra Rochmawan, pekan lalu.

Festival Tari Kebangsaan, yang berlangsung di Tugu Soekarno, Kota Palangkaraya, tersebut diikuti 15 sanggar tari dan 157 peserta.

Kegiatan tersebut dibuka dengan penampilan tari 'Insikai Balang Bansa' (Tari Balian Dadas) dari sanggar Tunjung Nyaho Palangkaraya.

"Budaya dan kesenian Suku Dayak, wajib dijaga kelestariannya, sehingga budaya dan kesenian suku Dayak sebagai aset yang tak ternilai harganya tidak tergerus zaman. Jangan sampai kita menyesal pada saat sudah tua nanti, anak cucu kita tidak bisa melihat budaya dan kesenian asli suku Dayak," ungkap Anang Revandoko.

Sulit dan Sangat Spiritual

Penari dan seniman asal Prancis, Guillaume Sanchez memaparkan pengalamannya di Tanah Dayak, di mana ia belajar tari-tarian daerah dari Suku Dayak.

"Kalimantan adalah tempat yang sangat unik dan orang-orang tidak tahu apa-apa tentang tempat ini. Kami beruntung mendapatkan tempat yang cantik dan tarian yang menarik untuk dipelajari," ungkapnya.

Pada akhir 2015 Guillaume mendapat kesempatan dilatih langsung selama tujuh hari oleh beberapa penari Dayak ternama. Namun sebelumnya, mereka menguji kesungguhan Guillaume terlebih dahulu.

"Saat pertama Guillaume datang saya kaget, Guillaume ini siapa mau belajar tarian Dayak, dia saja orang asing. Itu yang membingungkan," kata Nino, panggilan akrab Trisno Edi Supriyanto.

Selain itu, sebelum memulai proses latihan, Guillaume harus memahami kehidupan orang Dayak terlebih dahulu.

Selama latihan, Guillaume pun mengaku mengalami berbagai kendala. Yang paling membekas adalah kakinya lecet-lecet akibat menari tanpa alas kaki.

"Lalu tidak ada cermin. Saya tidak terbiasa menari tanpa cermin. Dan tidak ada musik. Mereka menyanyikan musik, tidak menggunakan pemutar CD. Tidak bisa selalu ada penyanyi di sana untuk mengulangi lagu pengiring tarian. Saya belajar tanpa musik selama 3 hari baru kemudian menggunakan musik. Bagi saya ini sangat sulit. Dan ada banyak tes mental yang membuat saya frustasi pada awalnya. Karena itu sangat spiritual," ungkapnya.

Guillaume diajarkan tarian Pegah Penyang tentang kewibawaan orang Dayak saat harus berbicara di muka masyarakat adat. Tarian ini banyak menggunakan hentakan kaki yang menurut Nino, untuk mencari perhatian warga.

"Koreografi ini berdurasi tujuh menit padahal saya terbiasa dengan koreografi tiga menit atau bahkan kurang, terkadang hanya 20 detik untuk satu lagu untuk satu koreografi."

Diiringi alat musik gong, gendang, kecapi, kenong serta kletok tari Pegah Penyang diiringi sastra lisan yang dilantunkan bersahutsahutan antara penyanyi pria dan wanita.

Guillaume dan para penari Dayak , termasuk para pelatihnya, menampilkan tarian Pegah Penyang di Betang Panjang, rumah pertemuan kaum Dayak.

"Anda seperti kehilangan diri anda dalam tarian selama tujuh menit", ungkap Guillaume akan tarian Pegah Penyang.

Kerja keras Guillaume pun berbuah manis. Dia mengaku puas akan penampilannya.

"Apa yang saya pelajari, yang menarik adalah ketika pada akhirnya saya menanyakan para pelatih apa pendapat mereka. Jawaban mereka adalah "Bagaimana perasaan Anda sendiri?" Karena tarian itu bagi mereka bukanlah bagaimana hasilnya saat ditampilkan, namun bagaimana tarian itu dirasakan. Dan saya membawakannya cukup baik menurut saya," jawabnya terkekeh.

Lima Tarian Terkenal

Suku Dayak merupakan suku yang memiliki banyak kesenian tradisional. Selain kental dengan budaya yang dimiliki, tarian Dayak Kalimantan juga merupakan kekayaan tradisi yang sudah ada sejak ribuan tahun. Kalimantan sangat luas bahkan suku yang ada juga sangat banyak. Dayak adalah salah satu suku yang memiliki banyak potensi untuk menjadi kekayaan yang dimiliki Indonesia khususnya Kalimantan. Berikut 5 tari Dayak yang cukup terkenal.

1. Tari Kancet Papatai

Nama lain dari tari ini adalah tari perang. Dalam setiap seni tari yang ciptakan suku Dayak sebenarnya memiliki cerita tersendiri. Seperti halnya tari perang ini memiliki cerita mengenai tokoh pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang. Gerakan dalam tari ini begitu gesit, penuh semangat membara dan lincah. Pakaian yang digunakan dalam Tari Kancet Papatai ini memakai baju adat tradisional milik suku Dayak Kenyah. Dengan perlengkapan yang dibawa seperti senjata mandau, baju perang lengkap dengan perisainya.

2. Tari Gantar

Tarian Dayak Kalimantan yang kedua adalah tari gantar. Gerakan dalam tarian ini seperti orang sedang menanam padi. Peralatan tongkat yang digunakan sebagai gambaran kayu penumbuk. Untuk biji-bijian dan bambu yang dipakai itu digambarkan sebagai benih padi dan juga wadah. Banyak jenis dari tari ini seperti tari Gantar Busai, Gantar Rayatn dan Gantar Senak.

3. Tari Kancet Lasan

Sama halnya dengan gerakan tarian lainnya. Kalau tari Kacet Lasan ini menggambarkan kehidupan burung enggang. Burung enggang ini dibuat tarian karena sangat dimuliakan suku Dayak Kenyah, semua itu sebagai bukti kepahlawanan dan keagungan. Tarian ini dibawakan tunggal oleh suku Dayak Kenyah. Gerakan burung ini mencontoh gerakan burung enggang saat terbang dan bertengger di pepohonan.

4. Tari Hudoq

Tarian yang satu ini sedikit berbau mistis karena unsur-unsur dan tujuan tarian ini. Tari hudoq merupakan tarian Dayak Kalimantan yang tujuannya untuk perlindungan dan penjagaan kehidupan dan padi setelah ditanam. Tarian yang dipercaya suku etnis sebagai sebuah tarian kedatangan dewa utusan dari sang pencipta ini adalah jenis tarian yang menggunakan topeng. Menurut kepercayaan warga setempat jika mereka tidak ingin sakit, mati atau ketularan maka hindari tatapan langsung dengan dewa. Itulah alasan topeng dipakai saat tari Hudoq.

5. Tari Kancet Ledo

Tarian ini dibawakan suku Dayak di Kalimantan Timur. Biasa disebut dengan tari Gong, dalam tariannya memang menggunakan properti berupa gong. Tari gong merupakan wujud ekspresi wanita yang begitu lembut yang sedang menari di atas gong. Dengan penuh keseimbangan wanita tersebut menari begitu lembut gerakan yang dimainkan. Busana yang digunakan begitu indah berhiaskan manik-manik, serta kain beludru yang dililitkan pinggang.

Ant/R-1

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top