Mahasiswa ITS Ciptakan Aplikasi untuk Pasien Gagal Ginjal
Tim aplikasi Sahabat CAPD Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Dari kiri: Millads Anwary Fandiaz, Shinta Ulwiya, Nabilla Alvania Nurwardani, Dini Adni Navastara SKom MSc, Figey Indriati Eka Sari, dan Muchamad Marogqi Abdul Jalil.
SURABAYA - Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menggunakan metode Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) seringkali menemui masalah self-monitoring yang berakibat komplikasi.
Guna mengatasi masalah tersebut, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, menciptakan aplikasi Sahabat CAPD dengan teknologi machine learning, guna membantu pasien GGK mendeteksi dini risiko komplikasi serta meningkatkan self-monitoring pasien.
Fiqey Indriati Eka Sari, ketua tim menjelaskan, pemerintah telah menetapkan solusi untuk pemerataan treatment stadium akhir GGK, yakni melalui terapi Peritoneal Dialysis, khususnya metode CAPD.
"Metode CAPD menjadi alternatif karena pasien bisa memiliki kualitas hidup 90 persen lebih baik daripada metode terapi lainnya," terangnya melalui keterangan tertulis, Jumat (4/2).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, prinsip kerja CAPD adalah dengan menyalurkan cairan dialisat steril ke rongga peritoneum melalui kateter permanen sebagai pengganti fungsi ginjal. Hal ini dilakukan secara rutin oleh pasien sebanyak tiga hingga lima kali dalam sehari. "Karenanya, pasien dituntut memiliki disiplin dan self-monitoring yang tinggi," ujarnya.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya