Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendidikan Tinggi I Kewirausahaan Mampu Atasi Pengangguran Terstruktur

Lulusan Perguruan Tinggi Didorong Mampu Ciptakan Lapangan Kerja

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

SEMARANG - Jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 262 juta jiwa, Indonesia berpeluang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-7 dunia pada 2030 dan ke-4 dunia pada tahun 2050. Karena itu, pendidikan tinggi diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dengan mendorong lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan (entrepreneurship) untuk mengatasi pengangguran terstruktur.

Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, saat menjadi pembicara kunci pada seminar nasional bertajuk "Brand Yourself to be Young Success Technopreneur", di Politeknik Negeri Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

Nasir menyebutkan, berdasarkan data persentase tenaga kerja Indonesia saat ini, 42 persen adalah angkatan kerja dengan pendidikan rendah, namun persentasenya akan terus menurun. Artinya, pendidikan lulusan mulai berubah dan menjadi lebih baik. Sementara bonus demografi, manakala tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi malapetaka.

"Karena itu, peningkatan kompetensi SDM (sumber daya manusia) amat penting. Oleh karena itu, pendidikan harus cocok dengan industri, agar daya saing bangsa meningkat, selain tentunya juga tingkat kesiapan teknologi juga harus ditingkatkan. Sebab, kalau tingkat kesiapan teknologi rendah, maka inovasi akan rendah pula," ungkapnya.

Dia menambahkan, tantangan ke depan juga semakin sulit, apalagi menghadapi revolusi industri 4.0. Untuk menghadapi itu, cara yang dapat dilakukan dengan open mind, open heart, dan open willing agar tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Selain itu, lanjutnya, dalam memasuki zaman yang semakin kompetitif, ekonomi digital mengambil peranan penting. Contoh paling terlihat adalahkonsep sharing economy yang dilakukan salah satu perusahaan ojek online yang berhasil melakukan ekspansi ke luar negeri, maupun marketplace yang dilakukan perusahaan-perusahaan start-up saat ini.

"Muncul teknologi baru mengakibatkan perubahan luar biasa di semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri. 75 persen pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika, internet of things, oleh karenanya lulusan perguruan tinggi harus siap untuk digital challenge dan memiliki digital talent. Lulusan politeknik utamanya nanti tidak hanya mendapatkan ijazah, tetapi memiliki sertifikat profesi," papar Menristekdikti.

Nasir juga menekankan bahwa di dunia industri kini harus selalu membawa pemikiran good things making good products, making people then making products. Konsep pembentukan SDM tersebut harus dijalankan untuk menghadapi persaingan di era revolusi industri 4.0, terutama untuk mencapai link and match dengan dunia industri.

"Yang tak kalah penting adalah memahami literasi baru. Literasi lama (membaca, menulis, dan berhitung) sebagai modal sudah didapatkan. Sekarang harus belajar literasi baru, yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia (humanities, komunikasi, berpikir positif). Setelah itu lakukan belajar sepanjang hayat," papar Nasir.

Pola Meme

Dalam kesempatan tersebut, Nasir juga mengatakan untuk mendukung dan menghadapi revolusi industri 4.0, pola politeknik pun kini mulai menerapkan pola Multi Entry Multi Exit (Meme). Semua program adalah Diploma IV. Multi-entry berarti masuk program bisa awal tahun pertama, awal tahun kedua, awal tahun ketiga, atau awal tahun keempat.

Multi-exit berarti keluar program bisa akhir tahun kedua, akhir tahun ketiga, atau akhir tahun keempat. "Setiap mahasiswa menyelesaikan setiap tahapan Diploma II, Diploma III atau Diploma IV mendapatkan ijazah yang sesuai. Kemudian, di samping mendapatkan ijazah, mahasiswa juga mendapatkan sertifikat kompetensi, apabila mereka lulus dalam tes atau ujian sertifikasi," pungkas Menristekdikti. eko/E-3

Komentar

Komentar
()

Top