Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
WAWANCARA

Liliyana Natsir

Foto : AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Saya memulainya itu pada umur sembilan tahun. Orang tua sangat mendukung. Papa mendidik saya dengan keras. Kalau saya kalah atau kurang maksimal penampilan, malas-malasan, pasti setelah bertanding, pulang, kena ceramah, kena omelan. Itu yang sampai sekarang membuat keinganan saya untuk menghindari kekalahan sangat besar. Menurut saya, itu hal yang positif.

Apa kenangan yang paling berkesan dari awal karier?

Saya ingat dulu waktu kecil, kalau sedang tidak latihan, Papa selalu menyuruh saya berlatih memutar pergelangan tangan. Menurut Papa, seorang atlet bulu tangkis harus memiliki pergelangan tangan yang kuat. Saya juga dipaksa minum kacang hijau. Sejujurnya, saya tidak suka kacang hijau, tapi Papa dan Mama menyiasati dengan tidak menyediakan air putih dingin di kulkas.

Mereka hanya menyediakan air kacang hijau yang sudah disaring. Otomatis, waktu saya buka kulkas yang ada cuma air kacang hijau itulah yang saya minum. Itu juga yang membuat stamina saya sampai sekarang cukup bagus, karena mungkin dari kecil sudah diperhatikan gizinya. Untuk pola makan, saya tidak boleh makan gorengan, tidur terlalu larut malam dilarang, minum obat sembarangan tidak boleh.

Sebenarnya, saya ingin makan sembarangan, tapi kepikiran nanti kelebihan berat badan, nanti mainnya tidak enak. Kalau saya tidak enak badan, saya selalu bertanya kepada dokter di pelatnas, obat apa yang aman untuk saya minum. Jadi sepanjang karier, banyak tantangan yang harus saya hadapi dan itu tidak gampang.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top