Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lika-liku Anak Pesisir Taklukan Industri Fesyen Kota Metropolitan Melalui Koleksi Penuh Warna

Foto : Istimewa

Fesyen desainer Riztia Nilfarisa.

A   A   A   Pengaturan Font

"Kalo di dunia fashion sendiri sebenarnya aku udah suka rework baju-baju kaya aku mulai bongkar lemari baju ibu aku, aku cari baju lama-lama aku bawa ke tukang jahit dan aku ubah kaya lengannya aku tambah apa gitu, itu dari SMP aku suka rework baju-baju ibu aku. Tapi ga benar-benar kepikiran jadi fashion desainer atau bekerja di industri fashion. Baru pas SMA akhir, kelas dua ke kelas tiga dan baru kenal Instagram, mulai kenal influencer fashion dan waktu itu aku suka banget sama Mega Iskanti itu influencer hijab dulu dia baru muncul banget, terus aku tau dian pelangi nah mulai dari situ aku merasa kayanya aku tertarik deh untuk terjun ke dunia desain-desain gitu," jelas Riztia.

Mimpinya sebagai wirausaha lantas memantapkan langkah Riztia yang kala itu duduk di semester lima jurusan Kriya Tekstil dan Mode di salah satu universitas swasta ternama di Indonesia, mengembangkan brand fesyen miliknya sendiri bernama Popils. Kecintaannya terhadap warna-warna cerah menginspirasi Popils yang diambil dari perpaduan kata 'populer' dan 'pupil', sebuah organ pada mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya. Melalui Popils, pemenang favorit ajang Modes Young Designer Competition 2018 itu bercita-cita menciptakan rentetan busana yang tidak hanya populer, tapi juga dicintai banyak orang.

Walau telah berhasil mendirikan brand lokal, pencapaian itu tak lantas membuat Riztia merasa telah berhasil menggapai cita-citanya. Perempuan yang pernah bekerja dengan fesyen desainer kenamaan tanah air, Ivan Gunawan dalam tim wardrobe program acara salah satu televisi swasta, itu sempat terpuruk. Sepinya minat pembeli membuat Riztia merasa usaha yang telah dilakukannya secara maksimal tak terbayarkan. Ia dihadapkan pada masalah baru, mulai dari kesulitan mengatur keuangan operasional bisnisnya hingga pasar yang sulit dijangkau.

"Kalau untuk memulai usaha kalau dulu ya dukanya itu kaya aku udah berusaha maksimal, aku udah buat produk yang menurut aku baik waktu itu dan fotonya udah yang baik. Udah aku lakuin yang terbaik tapi pas launching ko ga ada yang beli dan pas kesini-sini uangnya ga nutup jadi susah manage uangnya dan menjangkau pasarnya juga susah, itu sih ya awal-awalnya," jelas Riztia.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top