Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
Program Pengumpulan Jelantah - Warga memindahkan minyak jelantah ke UCollect Box di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta, Rabu (15/1).
Foto: ANTARA/ Fakhri HermansyahJAKARTA – Pakar ekonomi lingkungan IPB University Aceng Hidayat menilai program pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah, sebagai terobosan luar biasa Pertamina. Program tersebut, menurut dia, sangat mendukung kinerja menjelang 100 hari Pemerintahan Prabowo-Gibran di bidang energi.
"Saya apresiasi program yang luar biasa ini. Pertamina selalu menginisiasi pengembangan energi alternatif. Ini sangat mendukung program Pemerintah, termasuk menjelang 100 hari kerja," katanya melalui sambungan telepon di Jakarta, Selasa (21/1).
Menurut dia, pemanfaatan minyak jelantah untuk diolah Pertamina menjadi bahan bakar ramah lingkungan, yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur, bisa menjadi solusi dari kondisi yang saat ini dihadapi Indonesia. Pertama, untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan, katanya pula, kedua, mendukung swasembada energi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Terkait pengurangan pencemaran lingkungan, dia menyebut bahwa jelantah merupakan limbah yang selama ini tidak teratasi sebab seringkali bahan pencemar tersebut dibuang di saluran air. "Jadi penggunaan jelantah sebagai bahan bakar merupakan solusi lingkungan," kata dia.
Program pemanfaatan minyak jelantah tersebut, ujarnya lagi, juga sangat mendukung swasembada energi, sebab upaya untuk swasembada energi, misal dengan menggunakan energi terbarukan tentu harus dicari sumbernya.
Menurut Aceng, jelantah memiliki potensi sumber sangat besar tidak hanya rumah tangga dan UKM, bahkan beberapa industri pun juga menghasilkan bahan ini. "Kalau bisa dihimpun semua tentu menjadi energi alternatif yang juga memberi dampak luar biasa,” kata dia.
Karena itu, dia sependapat dengan studi dari International Council on Clean Transportation (ICCT) bahwa penggunaan residu pertanian, termasuk minyak jelantah di Indonesia bisa menghasilkan 33,2 juta kiloliter bioavtur atau tiga kali lebih besar dari kebutuhan bahan bakar pesawat terbang domestik. Terkait dampak terhadap penurunan impor BBM, dia menegaskan penggunaan minyak jelantah dapat menekan angka impor BBM.
Jalin Kerja Sama
Sebelumnya, Pertamina bekerja sama dengan Noovoleum yang tersertifikasi internasional sebagai pengumpul minyak jelantah. Melalui kerja sama tersebut, Pertamina menjalankan program Green Movement UCO, yang merupakan pilot project dalam pengumpulan jelantah dari masyarakat. Masyarakat bisa menyerahkan jelantah di UCollect Box dengan memperoleh rewards berupa saldo e-wallet UCollect.
Besaran saldo e-wallet akan fluktuatif menyesuaikan harga minyak jelantah di pasaran. Saat ini per liter dihargai di kisaran 6.000 rupiah/liter dengan update harian melalui apps Mypertamina.
Seblumnya, Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mendukung kebijakan pemerintah yang membatasi ekspor limbah pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME), residu minyak sawit asam tinggi atau High Acid Palm Oil Residue (HAPOR), dan minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO).
Plt Ketua DMSI Sahat Sinaga mengatakan ke depan, bahan-bahan tersebut makin dibutuhkan untuk bahan bakar berkelanjutan seperti sustainable aviation fuel (SAF).
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Harus Kerja Keras untuk Mewujudkan, Revisi Paket UU Politik Tantangan 100 Hari Prabowo
- 3 Pemerintah Dorong Swasta untuk Bangun Pembangkit Listrik
- 4 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
- 5 Ayo Perkuat EBT, Presiden Prabowo Yakin RI Tak Lagi Impor BBM pada 2030
Berita Terkini
- Kebijakan Penurunan Harga Tiket, Tidak Dapat Dongkrak Jumlah Wisatawan
- Sulap Lahan Tandus Jadi Tanaman Energi, PLN EPI Gandeng Kementan
- Kebakaran Hebat Hancurkan Hotel Resor Ski di Turki, 66 Tewas
- PLTS IKN 50 MW Mulai Beroperasi, PLN Nusantara Power Dukung Swasembada Energi
- Keluarnya AS dari WHO dan Paris Agreement, Ganggu Penanganan Kesehatan Global dan Upaya Atasi Perubahan Iklim