Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Laporan UNHCR

Krisis Pangan Dorong Pengungsi Meningkat Dua Kali Lipat

Foto : FABRICE COFFRINI / AFP

KONFERENSI PERS I Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi saat konferensi pers di kantor PBB, Jenewa, Senin (13/6).

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi atau United Nation High Commisioner for Refugees (UNHCR), pada Kamis (16/6), mengatakan krisis ketahanan pangan yang dipicu oleh perang Ukraina akan mendorong lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka di negara-negara miskin. Perpindahan itu semakin mendorong angka pengungsian di dunia lebih tinggi.

Dalam laporan UNHCR yang dipublikasikan menunjukkan bahwa sekitar 89,3 juta orang mengungsi secara paksa di seluruh dunia akibat dari penganiayaan, konflik, pelecehan dan kekerasan pada akhir 2021.

Sejak itu, jutaan lainnya telah meninggalkan Ukraina atau mengungsi ke wilayah sekitat perbatasan. Seiring dengan masih terus berlangsungnya konflik maka harga komoditas pangan khususnya ekspor biji-bijian yang diblokir oleh Russia di pelabuhan, tambah memicu lebih banyak perpindahan di tempat lain.

"Jika Anda melihat krisis pangan di atas semua yang saya jelaskan, perang, hak asasi manusia, iklim, itu hanya akan mempercepat tren yang saya jelaskan dalam laporan ini," kata Kepala UNHCR, Filippo Grandi, yang menggambarkan kalau angka-angka itu sebagai jumlah yang mengejutkan.

"Dampaknya akan jelas cukup dahsyat jika tidak segera diselesaikan," kata Grandi.

Saat ini, jelasnya, semakin banyak orang yang melarikan diri sebagai akibat dari kenaikan harga dan pemberontakan dan tindakan kekerasan di wilayah Sahel Afrika.

Menurut laporan UNHCR, secara keseluruhan, jumlah pengungsi meningkat setiap tahun selama satu dekade terakhir. Sekarang lebih dari dua kali lipat dari jumlah orang mengungsi pada 2012 lalu yang tercatat sebanyak 42,7 juta orang.

Krisis Lain

Grandi juga mengkritik apa yang disebutnya "monopoli" sumber daya yang diberikan ke Ukraina, sedangkan program lain untuk membantu para pengungsi kekurangan dana.

"Ukraina seharusnya tidak membuat kita melupakan krisis lain," katanya, sembari menyebut konflik dua tahun di Ethiopia dan kekeringan di Tanduk Afrika.

"Tanggapan Uni Eropa terhadap krisis pengungsi tidak setara," tegas Grandi.

Dia juga membandingkan konflik antara negara-negara yang menerima sekelompok kecil migran yang menyeberangi Laut Tengah dengan perahu dengan kemurahan hati negara-negara Uni Eropa dengan para pengungsi Ukraina sejak invasi Russia pada Februari.

"Tentu saja itu membuktikan poin penting, menanggapi masuknya pengungsi, kedatangan orang-orang yang putus asa di pantai atau perbatasan negara-negara kaya yang tidak dapat dikendalikan," katanya.

Laporan itu mengatakan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menampung 83 persen pengungsi dunia pada akhir 2021.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top