PBB Peringatkan Ancaman Kelaparan di Sudan Beberapa Bulan Mendatang
MARTIN GRIFFITHS Kepala Bantuan PBB - Tanpa bantuan kemanusiaan yang mendesak dan akses terhadap komoditas dasar, hampir lima juta orang akan mengalami kerawanan pangan yang parah.
Foto: ISTIMEWANEW YORK - Kepala bantuan PBB, Martin Griffiths, pekan lalu, memperingatkan Dewan Keamanan bahwa hampir lima juta orang di Sudan beberapa bulan ke depan bisa menderita kelaparan parah di beberapa bagian negara yang sedang dilanda perang.
Dikutip dari The Straits Times, Griffiths mengatakan tingkat kelaparan yang akut disebabkan oleh dampak parah konflik terhadap produksi pertanian, kerusakan infrastruktur utama dan mata pencaharian, gangguan terhadap arus perdagangan, kenaikan harga yang parah, hambatan terhadap akses kemanusiaan dan pengungsian skala besar.
"Tanpa bantuan kemanusiaan yang mendesak dan akses terhadap komoditas dasar, hampir lima juta orang akan mengalami kerawanan pangan yang parah di beberapa bagian negara ini dalam beberapa bulan mendatang," tulis Griffiths dalam sebuah catatan.
Dia mengatakan kemungkinan besar sebagian orang di Darfur Barat dan Tengah akan mengalami kondisi kelaparan karena keamanan memburuk dan musim paceklik dimulai.
"Pengiriman bantuan lintas batas dari Chad ke Darfur adalah jalur bantuan yang penting," kata Griffiths.
Menurut Griffiths, hampir 730.000 anak di seluruh Sudan diperkirakan menderita kekurangan gizi akut yang parah, termasuk lebih dari 240.000 anak di Darfur.
"Peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam penanganan gizi buruk, yang merupakan manifestasi paling mematikan dari malnutrisi, sudah terlihat di wilayah-wilayah yang mudah dijangkau," katanya.
Perang meletus di Sudan pada tanggal 15 April 2023, antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat atau Rapid Support Forces (RSF) paramiliter. PBB mengatakan hampir 25 juta orang, setengah populasi Sudan, membutuhkan bantuan dan sekitar delapan juta orang telah meninggalkan rumah mereka. AS mengatakan pihak-pihak yang bertikai telah melakukan kejahatan perang.
Berdasarkan resolusi Dewan Keamanan tahun 2018, Sekretaris Jenderal PBB diharuskan melapor kepada badan beranggotakan 15 negara tersebut ketika ada risiko kelaparan yang disebabkan oleh konflik dan kerawanan pangan yang meluas dalam konflik bersenjata.
Mengais Sampah
Sementara itu, dari Argentina dilaporkan negara itu dalam cengkeraman krisis ekonomi yang parah. Negara itu sedang berjuang untuk mengatasi percepatan kenaikan harga, yang berdampak buruk pada daya beli masyarakat Argentina.
Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Amerika Latin tersebut dikejutkan dengan laju inflasi bulanan yang lambat lebih dari diperkirakan, mencapai 13,2 persen month-on-month (mom) pada Februari 2024. Laju inflasi tahunan Februari naik menjadi 276,2 persen year on year (yoy).
Sebenarnya, angka ini di bawah perkiraan konsensus sebesar 282,1 persen yoy. Namun, tetap saja menjadikan Argentina sebagai negara dengan inflasi terburuk di dunia.
Fakta tersebut menghantam daya beli masyarakat dan meningkatkan tingkat kemiskinan. Bahkan, sejumlah warga bahkan mengais sampah untuk bertahan hidup, demi untuk mendapatkan makanan.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
Berita Terkini
- Arah Pembangunan Pusat dan Daerah Harus Selaras
- Jaga Wibawa Institusi, Pimpinan Harus Buka Borok Birokrat yang Korup
- Harris-Trump Terus Kampanye saat 75 Juta Warga Telah Mencoblos
- Dokter Spesialis Ini Ingatkan Aktivitas dan Latihan Fisik Rutin Bisa Kurangi Risiko Stroke
- Indonesia dan Russia Gelar Latgab Angkatan Laut