Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pasokan Listrik

Krisis Energi Jadi Momentum Kebut EBT

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Krisis energi yang melanda Inggris, Tiongkok, dan India dinilai sebagai momentum bagi Indonesia untuk menjaga ketahanan energi dengan mempercepat pembangunan energi baru terbarukan (EBT) dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan volatilitas harga energi primer merupakan benang merah dari meluasnya krisis energi fosil.

"Krisis energi memberikan pelajaran bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi menuju EBT," kata Fabby dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Selasa (12/10).

Apalagi cadangan EBT di Indonesia sangat melimpah sekaligus kekuatan bagi Indonesia untuk beralih dari energi fosil. Selain itu, untuk mencegah tumpuan hanya pada satu sumber energi saja, Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasokan energi dan meningkatkan efisiensi energi.

Dalam upaya meningkatkan bauran energi terbarukan maka pemerintah perlu memikirkan penyimpanan energi dalam durasi yang lama. Interkoneksi antarpulau dibutuhkan untuk mengatasi perbedaan permintaan energi antarpulau.

"Dalam perencanaan peta jalan transisi energi, perlu pula menyiapkan instrumen safeguard untuk melindungi akses energi bagi keluarga miskin," kata Fabby seperti dikutip dari Antara.

Indonesia, tegasnya, memiliki keunggulan untuk merancang transisi energi menuju dekarbonisasi lebih awal dengan lebih baik.

Direktur Economic Consulting Associates (ECA), William Derbyshire, menjelaskan bahwa kebergantungan Inggris terhadap energi fosil tecermin pada bauran pembangkit listrik yang menempatkan porsi gas sebanyak 42 persen. Sementara untuk energi terbarukan hanya didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan porsi sebesar 16 persen.

"Jika krisis energi yang terjadi karena melonjaknya harga energi fosil, solusinya adalah melepas ketergantungan dari energi fosil dan beralih ke energi bersih," ungkap William.

Sejauh ini, PLTB menjadi andalan Inggris untuk menghasilkan listrik dari pembangkit energi terbarukan. Namun, PLTB mempunyai variabilitas yang tinggi meskipun dapat diprediksi dari catatan historis pola dan kecepatan angin di suatu titik tertentu.

Masih Ada Pilihan

Secara terpisah, Guru Besar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan krisis energi harusnya jadi waktu yang tepat beralih ke EBT.

"Kita harus mempercepat transisi menuju green energy. Paling tidak memanfaatkan potensi energi solar yang melimpah, apalagi harga solar cel terus turun. Mumpung kita masih punya pilihan, jangan sampai nanti beralih kalau sudah tidak ada opsi," kata Wibisono.

Peralihan ke energi hijau, tambahnya, diharapkan mendukung sektor pertanian terutama di perdesaan sehingga petani bisa membangun cold storage untuk menampung hasil panen agar tidak terus bergantung pada pengijon.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top