Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Malaka

Kota Pelabuhan Paling Multietnis di Zamannya

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pada awal abad ke-19, British East India Company menaruh perhatian pada Selat Malaka. Kapal Inggris yang memuat opium dari India melewati Asia tenggara dalam perjalanan ke Kanton. Untuk mengamankan jalur air penting ini, Inggris merundingkan penguasaan Malaka melalui Perjanjian Inggris-Belanda tahun 1824.

Namun, Thomas Stamford Raffles (1781-1826) menetapkan Singapura sebagai pusat operasi Inggris di wilayah tersebut dan Malaka tetap tertinggal. Ketika naturalis Russel Alfred Wallace (1823-1913) berkunjung pada tahun 1850-an, dia menulis sebagai berikut.

"Penduduk Malaka terdiri dari beberapa ras. Orang Tionghoa yang ada di mana-mana mungkin yang paling banyak, menjaga tata krama, adat istiadat, dan bahasa mereka. Orang Melayu asli berada di urutan berikutnya dalam hal jumlah, dan bahasa mereka adalahlingua francatempat itu," tulisnya.

"Berikutnya adalah keturunan Portugis ras campuran, terdegradasi, dan merosot, tetapi masih menggunakan bahasa ibu mereka, meskipun tata bahasanya dimutilasi dengan menyedihkan, dan kemudian ada penguasa Inggris, dan keturunan Belanda, yang semuanya berbahasa Inggris," tulis Wallace dalam bukuThe Malay Archipelago(1885).

Multikulturalisme yang semarak di pelabuhan terus berkembang. Di bawah pemerintahan Inggris, populasi Tiongkok tumbuh sebagai bagian dari komunitas Tiongkok peranakan yang lebih besar. Seperti halnya Portugis dan Belanda, banyak pria Tiongkok mengambil pengantin dan selir dari orang berbahasa Bali yang menghasilkan budaya hibrida. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top