Rabu, 13 Nov 2024, 02:55 WIB

Korut Ratifikasi Perjanjian dengan Russia

Presiden Russia, Vladimir Putin, saat bertemu dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un, di Pyongyang pada 19 Juni lalu. Pada Selasa (12/11), kantor berita KCNA melaporkan bahwa Korut telah meratifikasi pakta pertahanan bersama dengan Russia.

Foto: AFP/KCNA VIA KNS

SEOUL – Korea Utara (Korut) telah meratifikasi pakta pertahanan bersejarah dengan Russia yang memperdalam kerja sama keamanan dan telah mengakibatkan Pyongyang mengirim ribuan tentara untuk membantu Moskwa berperang melawan Ukraina, media pemerintah melaporkan pada Selasa (12/11).

Korea Selatan (Korsel) dan sekutunya Amerika Serikat (AS) menuduh Korut mengirim ribuan tentara ke Russia, di mana mereka telah dilengkapi dengan seragam Russia dan menurut laporan dikumpulkan di perbatasan dekat Kursk.

“Kesepakatan itu diratifikasi sebagai dekrit oleh pemimpin Korut, Kim Jong-un,” lapor kantor berita KCNA.

Pemberitahuan itu muncul setelah pekan lalu anggota parlemen Russia memberikan suara bulat untuk meratifikasi kesepakatan tersebut, yang kemudian ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin.

“Perjanjian ini akan berlaku sejak kedua pihak saling bertukar instrumen ratifikasi,” kata KCNA.

Korut saat ini telah menjadi salah satu pendukung paling vokal dan penting dari serangan besar-besaran Russia terhadap Ukraina. Pyongyang bahkan telah lama dituduh oleh negara-negara Barat memasok Moskwa dengan peluru artileri dan misil untuk digunakan di Ukraina, tetapi dukungan itu telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir dengan laporan kedatangan ribuan tentara Korut yang siap terlibat dalam pertempuran.

Klaim Legitimasi

Putin dan Kim menandatangani perjanjian kemitraan strategis pada Juni lalu, selama kunjungan Presiden Russia ke Pyongyang dan Putin memuji kesepakatan tersebut sebagai sebuah dokumen terobosan besar. Perjanjian ini mewajibkan kedua negara untuk memberikan bantuan militer tanpa penundaan jika terjadi serangan terhadap negara lain, dan berjanji untuk bekerja sama secara internasional guna menentang sanksi Barat.

“Dengan ratifikasi bilateral, Pyongyang dan Moskwa akan mengklaim legitimasi atas pengerahan militer Korut ke Russia, dengan alasan bahwa tindakan ini dibenarkan oleh perjanjian yang diratifikasi antara keduanya,” kata Hong Min, seorang analis senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional.

“Meskipun perjanjian mereka tidak mengesampingkan resolusi PBB yang melarang kerja sama tersebut, mereka akan menegaskan legitimasinya berdasarkan kesepakatan mereka. Hal ini meningkatkan prospek pengerahan pasukan Korut yang lebih besar ke Russia di masa mendatang,” imbuh dia.

Mengutip laporan intelijen, Korsel, Ukraina, dan Barat mengatakan Korut telah mengerahkan sekitar 10.000 tentara ke Russia untuk berperang melawan Ukraina.

Ketika ditanya secara terbuka tentang pengerahan pasukan pada Oktober lalu, Presiden Putin tidak membantahnya, malah mengalihkan pertanyaan tersebut untuk mengkritik dukungan Barat terhadap Ukraina.

Pihak Barat amat khawatir Russia menawarkan dukungan teknologi kepada Korut yang dapat memajukan program senjata nuklir Pyongyang, sebagai imbalan pengiriman pasukan. Baru-baru ini, Pyongyang meluncurkan serangkaian misil balistik, termasuk uji coba misil balistik antarbenua berbahan bakar padat yang baru.  AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: