Selasa, 07 Jan 2025, 02:59 WIB

Korut Luncurkan Misil Saat Blinken Kunjungi Korsel

Menlu Korsel, Cho Tae-yul (kanan), berjabat tangan dengan Menlu AS, Antony Blinken, saat keduanya menggelar konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri Korsel di Seoul, Senin (6/1). Pada Konferensi pers ini, Menlu Blinken mewanti-wanti bahwa Russia

Foto: AFP/Lee Jin-man

SEOUL - Korea Utara (Korut) pada Senin (6/1) menembakkan misil saat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengunjungi Korea Selatan (Korsel), di mana ia mewanti-wanti soal kerja sama Pyongyang yang semakin erat dengan Russia di bidang teknologi luar angkasa canggih.

Kunjungan Blinken dilakukan saat para penyelidik berupaya menangkap Presiden Yoon Suk-yeol, yang telah mengurung diri di kediamannya setelah dimakzulkan karena gagal menerapkan darurat militer.

Blinken, yang berencana untuk mendorong Korsel agar mempertahankan kebijakan Yoon dalam meningkatkan kerja sama dengan Jepang, sedang berunding di Seoul ketika Korut menembakkan misil balistik yang jatuh ke laut.

Misil itu terbang sekitar 1.100 kilometer, kata militer Korsel.

“Peluncuran (misil) hari ini hanya menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa pentingnya kerja sama kita,” kata Blinken, mengacu pada peningkatan latihan trilateral dan pembagian informasi intelijen tentang Korut.

Blinken dan mitranya dari Korsel, Cho Tae-yul, pun mengecam peluncuran misil oleh Korut tersebut pada konferensi pers bersama, di mana diplomat tinggi AS yang akan lengser tersebut memperingatkan bahwa Russia telah meningkatkan dukungan untuk Korut sebagai imbalan atas bantuannya dalam peperangan melawan Ukraina.

“Korut sudah menerima peralatan dan pelatihan militer Russia. Sekarang kita punya alasan untuk percaya bahwa Moskwa bermaksud berbagi teknologi antariksa dan satelit canggih dengan Pyongyang," kata Blinken.

Blinken juga memperbarui kekhawatirannya bahwa Russia, anggota Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto, akan secara resmi menerima Korut sebagai negara nuklir, yang akan menjadi pukulan besar bagi konsensus global bahwa Pyongyang harus mengakhiri program nuklirnya.

Menuju Tokyo

Sementara itu di Tokyo, Jepang, yang menjadi tujuan Blinken berikutnya, Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyuarakan kekhawatirannya bahwa teknologi Korut telah mengalami kemajuan.

Peluncuran misil Korut pada Senin dilakukan dua pekan sebelum pelantikan presiden terpilih AS, Donald Trump, yang dalam masa jabatan terakhirnya berupaya merayu Korut dengan diplomasi pribadi yang unik. Sedangkan Presiden Joe Biden menawarkan formula pembicaraan tingkat kerja yang lebih tradisional yang difokuskan pada penghentian program nuklir Korut.

Blinken membela pendekatan pemerintahan sebelumnya, dengan mengatakan bahwa pemerintahan AS telah menghubungi Korut dan hanya mendapat semakin banyak tindakan provokatif, termasuk peluncuran misil.

“Ketegangan ini terjadi bukan karena kurangnya upaya untuk terlibat dan mencoba menemukan jalan keluar melalui diplomasi,” tegas dia.

"Arah kebijakan luar negeri Korsel akan tetap tidak berubah. Saya sudah menjelaskan padanya dengan gamblang," ucap Menlu Cho kepada Blinken.

Saat berada di Seoul, Menlu Blinken juga bertemu dengan penjabat presiden Choi Sang-mok, seorang teknokrat yang baru menjabat selama sepekan, yang kantornya menyatakan bahwa Korsel akan tetap berkomitmen pada prinsip dan perjanjian dari pertemuan puncak Camp David dan pada aliansi Korea-AS yang kuat.

Sebagai penjabat presiden, Choi diketahui juga lebih menyukai pendekatan yang lebih diplomatis terhadap Korut dibandingkan dengan pendekatan Yoon yang amat agresif. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: