Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Korut Kecam Strategi Keamanan Jepang, Peringatkan Soal Aksi Militer

Foto : ANTARA/KCNA via REUTERS

Arsip foto - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berbicara saat berkunjung ke Sekolah Perwira Pusat Partai Buruh yang berkuasa di Pyongyang, Korea Utara, dalam foto tak bertanggal yang dirilis pada 18 Oktober 2022 oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara.

A   A   A   Pengaturan Font

Seoul - Korea Utara (Korut) pada Selasa mengecam strategi baru Jepang di bidang keamanan dan memperingatkan bahwa hal itu "salah" dan "berbahaya" bagi situasi di kawasan, demikian kantor berita KCNA melaporkan.

Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara kementerian luar negeri Korut, beberapa hari setelah Jepang mengungkapkan rencana pengembangan militer, terbesar sejak Perang Dunia Kedua.

Rencana itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan dan kekhawatiran dunia pada invasi Rusia di Ukraina.

"Jepang sedang membawa krisis keamanan serius di Semenanjung Korea dan di kawasan Asia Timur dengan mengadopsi strategi keamanan baru yang secara efektif menunjukkan kemampuannya melakukan serangan lebih dulu terhadap negara lain," kata sang pejabat dalam pernyataan, seperti dikutip KCNA.

Situasi keamanan di kawasan itu telah "berubah secara fundamental" akibat kebijakan baru Jepang, kata pejabat itu.

Dia menyebut langkah tersebut sebagai pelanggaran Piagam PBB dan "ancaman serius" bagi perdamaian dunia.

"Kami perjelas sekali lagi bahwa kami memiliki hak untuk mengambil tindakan militer secara tegas dan menentukan demi melindungi hak-hak mendasar kami… untuk merespons situasi keamanan kawasan yang rumit ini," kata pejabat itu.

"Jepang akan segera mengetahui bahwa ketakutan yang ditimbulkanbenar-benar salah dan pilihannya sangat berbahaya," katanya, menambahkan.

Rencana lima tahunan Tokyo yang disebut pejabat Korut itu akan menjadikan Jepang negara dengan anggaran militer terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok, menurut data saat ini.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top