Korut Kecam Pernyataan Menlu AS
Menlu AS, Marco Rubio, disambut saat ia untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di kantor kementerian luar negeri yang dipimpinnya pada 21 Januari lalu.
Foto: AFP/ANDREW CABALLEROSEOUL – Pyongyang pada Senin (3/2) mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, karena telah menyebut Korea Utara (Korut) sebagai "negara jahat" dan menepis komentar yang dibuat oleh diplomat utama AS tersebut dalam sebuah sesi wawancara baru-baru ini sebagai omong kosong.
Dalam kecaman publik pertama Korut terhadap pemerintahan baru Trump, juru bicara kementerian luar negeri mengatakan bahwa negaranya tidak akan pernah mentoleransi provokasi apapun dari AS.
“Pernyataan Menlu Rubio merupakan bentuk permusuhan, sebuah provokasi politik yang serius, dan sepenuhnya bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional yang menekankan penghormatan terhadap kedaulatan dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut. “Komentarnya tidak akan membantu kepentingan Amerika,” imbuh juru bicara itu seperti dikutip KCNA.
Tanggapan dari kementerian itu selanjutnya mengatakan bahwa pernyataan Rubio menegaskan kembali bahwa AS tidak mengubah kebijakan permusuhannya terhadap Korut, sembari mengutarakan hal itu tidak masuk akal dan tidak logis bahwa negara paling ‘bejat’ di dunia akan menyebut negara lain sebagai negara yang jahat.
“Korut akan mengambil tindakan balasan yang keras terhadap apapun tindakan AS,” lapor kantor berita KCNA yang mengutip pernyataan dari juru bicara kementerian itu.
Kecaman tersebut muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, sebelumnya mengatakan ia akan kembali menghubungi pemimpin Korut, Kim Jong-un, setelah sebelumnya bertemu dengannya selama masa jabatan pertamanya.
Dalam sesi wawancara radio baru-baru ini, Menlu Rubio menyebut Korut dan Iran sebagai "negara jahat" yang harus dihadapi ketika Washington DC membuat keputusan kebijakan luar negeri.
Juru bicara kementerian luar negeri Korut serta merta menepis pernyataan omong kosong Rubio tersebut, yang dikatakan diutarakan tanpa berpikir panjang, mencoreng citra negara berdaulat dan menganggapnya sebagai provokasi politik yang serius.
“Komentar Rubio bukan hal baru dan akan lebih mengejutkan jika ia mengatakan (sebuah) hal baik tentang Korut," ucap juru bicara kementerian luar negeri Korut itu.
Kementerian itu juga mengutuk rencana perisai pertahanan misil baru AS, dengan mengatakan bahwa hal itu membuat Korut perlu memperkuat kekuatan militernya sendiri, KCNA melaporkan.
"Ide sistem pertahanan misil baru, yang mengingatkan kita pada rencana 'Star Wars' yang berbahaya pada masa Perang Dingin, menimbulkan risiko pembenaran perlombaan senjata dengan dalih mengatasi ancaman musuh, terlepas dari kelayakannya," kata Kementerian Luar Negeri Korut.
Duri dalam Daging
Menurut analis Hong Min, pernyataan tanggapan dari Pyongyang yang dikeluarkan dari tingkat yang begitu tinggi yaitu kementerian luar negeri, mengindikasikan bahwa kecaman tersebut memiliki bobot yang signifikan.
“Pernyataan itu merupakan sinyal yang beragam,” kata Hong, seorang analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional, kepada AFP. "Meskipun secara lahiriah mengkritik AS, pernyataan itu secara halus menguraikan harapan Korut. Intinya, pernyataan itu memberikan panduan tentang bagaimana Korut berharap pemerintahan Trump akan mendekati diplomasi ke depannya," imbuh dia.
Karena sangat terputus dari dunia secara diplomatik dan ekonomi, serta di bawah serangkaian sanksi, program senjata nuklir Korut telah menjadi duri dalam daging bagi AS selama bertahun-tahun.
Pekan lalu, meskipun Trump telah berupaya keras secara diplomatik, Korut justru mengatakan bahwa program nuklirnya akan terus berlanjut tanpa batas. AFP/ST/KBS/I-1
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 3 Majukan Ekosistem Digital Indonesia, Diperlukan Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
- 4 Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal
- 5 Meksiko, Kanada, dan Tiongkok Siapkan Tindakan Balasan ke AS