Korut Ingin Sanksi Dilonggarkan
Caption Diplomasi Dua Korea | Pemimpin Korut, Kim Jong-un (kiri), saat bertemu dengan Presiden Korsel, Moon Jae-in, di Wisma Samjiyon, Gunung Paektu, Korut, pada September 2018 lalu. Korsel pada Selasa (3/8) menyatakan bahwa Korut mengajukan sejumlah tuntutan agar bisa memulai kembali pembicaraan denuklirisasi dengan AS.
SEOUL - Korea Utara (Korut) ingin sanksi-sanksi internasional yang melarang ekspor metal dan impor bahan bakar olahan serta barang-barang keperluan lainnya dicabut untuk memulai kembali pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat (AS). Informasi ini diumumkan para anggota parlemen Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (3/8).
"Selain itu Korut juga menuntut dilonggarkannya sanksi-sanksi terhadap impor barang-barang mewahnya termasuk minuman keras," kata para legislator setelah mendapat pengarahan dari badan intelijen utama Korsel.
Pengarahan itu berlangsung sepekan setelah kedua Korea memulihkan saluran telepon langsung (hotline) yang dibekukan Korut tahun lalu.
Media pemerintah Korut pada Selasa tidak sama sekali tak menyinggung tentang tuntutan-tuntutan terbaru Pyongyang bagi pencabutan sanksi-sanksi untuk memulai kembali pembicaraan.
Dalam keterangannya, para legislator Korsel mengatakan bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un, dan Presiden Korsel, Moon Jae-in, telah menyatakan kesediaan untuk membangun kembali rasa saling percaya dan meningkatkan hubungan sejak April, dan Kim telah meminta agar hotline dipulihkan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya