Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 18 Jan 2025, 02:50 WIB

Korut Ancam Balasan atas Latihan Militer Trilateral

Dua pesawat pengebom strategis B-1B AS dikawal sejumlah jet tempur Korsel dan AS saat terbang di atas wilayah Semenanjung Korea pada Februari 2023 lalu. Dalam latihan gabungan antara Korsel, AS dan Jepang, pada Kamis (16/1) lalu, dua pesawat B-1B AS

Foto: AFP/South Korean Defence Ministry

SEOUL - Korea Utara (Korut) mengecam digelarnya latihan militer gabungan antara Korea Selatan (Korsel), Jepang dan Amerika Serikat (AS) yang diadakan pekan ini pada Jumat (17/1), dan mengancam akan menanggapinya dengan menggunakan haknya untuk membela diri secara lebih intensif.

Latihan trilateral tersebut diadakan setelah Pyongyang meluncurkan apa yang diklaimnya sebagai sistem misil hipersonik baru dan misil balistik jarak pendek dalam beberapa pekan terakhir, menjelang kembalinya presiden terpilih Donald Trump ke Gedung Putih pada tanggal 20 Januari.

Pernyataan Pyongyang muncul setelah sekutu menggelar latihan udara gabungan, yang melibatkan dua pesawat pengebom strategis B-1B AS di atas Semenanjung Korea pada Kamis (16/1).

“Kementerian Luar Negeri Korut menyatakan kekhawatiran serius atas provokasi oleh Korsel, Jepang dan AS,” lapor KCNA pada Jumat. “ Latihan gabungan tersebut menegaskan sekali lagi kebutuhan Korut untuk menjalankan hak kedaulatan dan kepentingan keamanannya secara lebih intensif,” imbuh kantor berita Korut itu.

Korut akan dengan tegas mencegah setiap provokasi militer yang direncanakan oleh pasukan musuh dan dengan tegas membela kepentingan keamanan negara, tambah kementerian tersebut, menurut KCNA.

Pesan bagi Trump

Latihan militer gabungan seperti itu kerap membuat marah pihak Korut yang memiliki senjata nuklir, yang menganggapnya sebagai latihan untuk invasi.

Para ahli mengatakan peluncuran terbaru oleh Korut, yang menyerang tetangganya pada tahun 1950 dan memicu Perang Korea, dapat menjadi pesan bagi pemerintahan Trump yang akan datang.

Calon menteri pertahanan pilihan Trump, Pete Hegseth, baru-baru ini menyebut Korut sebagai kekuatan nuklir dalam sebuah pernyataan yang disampaikan kepada panel Senat.

Menanggapi komentar Hegseth, Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan pada Kamis bahwa status Pyongyang sebagai negara berkekuatan nuklir tidak dapat diakui dan begitu pula langkah Korut akan bekerja sama dengan AS untuk denuklirisasi.

Hubungan antara kedua Korea telah berada pada salah satu titik terendah dalam beberapa tahun, dengan Korut meluncurkan serangkaian misil balistik pada tahun 2024 yang melanggar sanksi PBB.

Intelijen AS dan Korsel juga mengatakan bahwa Korut mulai mengirim ribuan tentara pada bulan Oktober ke Russia untuk berperang melawan Ukraina dan sejak itu tentara Korut telah menderita ratusan korban.

Pekan lalu saat Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, sedang mengunjungi Korsel, Korut menyambutnya dengan meluncurkan misil yang diduga misil hipersonik.

Blinken mengatakan ada bukti bahwa Russia meningkatkan dukungannya terhadap Korut sebagai imbalan atas bantuannya dalam melawan Ukraina, termasuk bantuan pada teknologi luar angkasa dan satelit canggih. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.