Senin, 03 Feb 2025, 13:40 WIB

Korea Utara Geram Disebut Negara Jahat oleh Menlu AS Marco Rubio

Marco Rubio.

Foto: Politico

SEOUL - Korea Utara mengecam Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio karena menyebut negaranya sebagai "negara jahat", dan mengatakan komentar yang dibuat Rubio itu "omong kosong".

Dalam kecaman publik pertama Pyongyang terhadap pemerintahan baru Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa negara bersenjata nuklir itu "tidak akan pernah menoleransi provokasi apa pun dari AS". 

Korea Utara "akan mengambil tindakan balasan yang keras" terhadap tindakan AS apa pun, menurut pernyataan yang dimuat di layanan berita pemerintah KCNA.

Komentar tersebut muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan "menghubungi" pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Sebelumnya, pada masa jabatan pertamanya, Trump bertemu dengan kim.

Dalam wawancara radio baru-baru ini, Rubio menyebut Korea Utara dan Iran sebagai "negara jahat" yang "harus Anda hadapi" saat membuat keputusan kebijakan luar negeri.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri menepis pernyataan "omong kosong" Rubio, yang "tanpa berpikir panjang mencoreng citra negara berdaulat dan menganggapnya sebagai provokasi politik yang serius".

Komentar Rubio "bukan hal baru" dan "akan lebih mengejutkan jika dia mengatakan (sebuah) hal baik tentang DPRK", katanya menggunakan akronim resmi untuk Korea Utara.

Menurut analis Hong Min, pernyataan Pyongyang memiliki "bobot yang signifikan" karena dikeluarkan oleh level kementerian luar negeri

“Pernyataan itu menariknya merupakan sinyal yang beragam,” kata Hong, seorang analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional.

"Meskipun secara lahiriah mengkritik AS, pernyataan itu secara halus menguraikan harapan Korea Utara. Intinya, pernyataan itu memberikan panduan tentang bagaimana Korea Utara berharap pemerintahan Trump akan mendekati diplomasi ke depannya," katanya kepada AFP.

Program senjata nuklir Korea Utara telah menjadi duri dalam daging bagi Amerika Serikat selama bertahun-tahun.

Trump, pada bulan Januari mengatakan akan menghubungi pemimpin Korea Utara itu lagi, sambil menyebut Kim sebagai "orang pintar".

Pertemuan puncak antara keduanya di Hanoi gagal pada tahun 2019 karena pembicaraan mengenai pencabutan sanksi dan apa yang Pyongyang bersedia korbankan sebagai imbalannya.

Minggu lalu, meskipun Trump telah berupaya keras secara diplomatik, Korea Utara mengatakan program nuklirnya akan terus berlanjut "tanpa batas".

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan: