Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Konflik di Myanmar I Inggris Serukan DK PBB Agar Bertemu untuk Bahas Serangan Junta

Korban Serangan Udara Bertambah

Foto : RFA/Kyunhla Activists Group via AP

Lokasi Serangan | Sejumlah sepeda motor hangus terbakar setelah terjadi serangan udara di lokasi Desa Pazi Gyi di wilayah Sagaing tengah, Myanmar, pada Selasa (11/4) lalu. Berdasarkan laporan petugas penyelamat, jumlah korban tewas dalam serangan udara maut junta itu bertambah menjadi 171 orang.

A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Seorang anggota tim yang terlibat dalam proses kremasi mayat dan laporan media pada Jumat (14/4) mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan udara di sebuah desa di Myanmar tengah meningkat menjadi sekitar 171 orang.

Sebelumnya tidak ada laporan jumlah korban tewas resmi dalam serangan udara maut pada Selasa (11/4) pagi di Desa Pazi Gyi di wilayah Sagaing tengah, meskipun pihak berwenang militer mengkonfirmasi bahwa mereka telah melakukan operasi di daerah tersebut.

Seorang warga desa yang terlibat dalam kremasi mayat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya untuk melindungi keselamatannya, mengatakan pada Jumat bahwa timnya telah merevisi jumlah korban tewas menjadi 171 orang dari 130 orang sehari sebelumnya.

Dia mengatakan kepadaAFPbahwa 109 pria, 24 perempuan dan 38 anak-anak tewas. "Sebanyak 53 orang lainnya yang terluka sedang menerima perawatan medis," ucap dia.

Kantor beritaBBC Burmajuga melaporkan jumlah korban tewas sebanyak 171 orang, sementara media lokalMandalay Free Pressmenyebutkan angka korban tewas sebanyak 170 orang.

Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, sebuah pemerintah bayangan yang didominasi oleh mantan anggota parlemen dari partai Suu Kyi, dalam cuitannya memperlihatkan grafik total korban jiwa sebanyak 168 orang dalam serangan udara yang dipandang sebagai salah satu serangan terburuk terhadap warga sipil oleh junta Myanmar sejak kudeta militer dua tahun lalu.

Naw Susanna Hla Hla Soe, menteri urusan wanita, pemuda dan anak-anak NUG, mengatakan pemerintah bayangan bekerja untuk meminta pertanggungjawaban junta atas serangan hari Selasa dan kekejaman lain yang dilakukan terhadap rakyat Myanmar.

"Serangan yang menargetkan warga sipil tak berdosa adalah kejahatan perang yang sangat serius di bawah hukum internasional dan domestik," ucap Naw Susanna Hla Hla Soe, Menteri Urusan Perempuan, Pemuda dan Anak-Anak pemerintahan bayangan Myanmar. "Itulah sebabnya kami bekerja untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab di pengadilan pidana lokal dan internasional," imbuh dia.

Risiko Lanjutan

Dilaporkan pula bahwa situasi di Desa Pazi Gyi pada Jumat sepi karena penduduk desa yang berjumlah lebih dari 800 telah melarikan diri sejak serangan itu dan mereka terlalu takut untuk kembali sementara ancaman serangan lain membayangi.

Sedangkan petugas penyelamat mengatakan bahwa mereka secara tergesa harus mengkremasi mayat di tengah situasi keamanan yang berisiko seperti ancaman serangan militer yang terus berlanjut, karena beberapa jam setelah serangan udara pada Selasa, pasukan junta kembali menyerang lokasi tersebut hingga menewaskan tiga petugas penyelamat.

Serangan udara maut yang dilakukan oleh pesawat milik junta yang berkuasa di Myanmar tersebut terjadi pada malam perayaan Thingyan atau festival air tahun baru Buddha di Myanmar dan serangan itu telah menuai kemarahan internasional.

Inggris, mantan penguasa kolonial Myanmar, telah menyerukan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan untuk membahas insiden tersebut.

Sedangkan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean), yang sejauh ini telah memimpin upaya-upaya diplomatik yang tidak membuahkan hasil untuk menyelesaikan krisis Myanmar, mengutuk keras serangan udara pada Kamis (13/4) lalu.

Wilayah Sagaing adalah kubu pemberontak di dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. Wilayah ini telah memberikan perlawanan paling sengit terhadap kekuasaan militer, dengan pertempuran sengit yang terjadi selama berbulan-bulan.

Junta mengkonfirmasi pada Rabu (12/4) lalu bahwa mereka telah melancarkan serangan udara terbatas di daerah tersebut dan menyalahkan banyaknya kematian tersebut akibat ranjau yang ditanam oleh para pemberontak antijunta.AFP/RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top