Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kondisi Pendidikan Era 4.0

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Teknologi lantas dimanfaatkan sebagai ajang pamer dan sensasi belaka karena sekolah tak kunjung mempersiapkan anak didik memanfaatkannya dengan baik. Atas dasar itu, ke depan, tak butuh lagi ribut-ribut mengubah-ubah kurikulum. Bangsa perlu serius mendesain kurikulum agar lebih mematangkan dan merangsang kemampuan pelajar, bukan sekadar pengetahuan. Langkah tersebut sangat mendesak karena, menurut Profesor Lant Prichett dalam tulisan The Need for a Pivot to Learning: New Data on Adult Skills from Indonesian, pendidikan Indonesia tertinggal 128 tahun.

Dede Rosyada dalam Guru Abad 21, minta generasi muda seharusnya diajarkan memiliki tuntutan abad ini: competition (mampu bersaing), compatible (cocok dengan zaman), multiliteracy. Sebagai catatan, Tan Malaka dulu gemar menghafal. "Tapi," ujar Tan Malaka, "ketika sudah sedikit berakal, saya sesali dan bantah kebiasaan itu. Pada ketika itu saya sadar, kebiasaan menghafal tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis, seperti mesin." Tan Malaka sosok revolusioner yang sudah memikirkan dan melakukannya. Lantas, kapan kita?

Penulis Guru SMAN 1 di Sumut

Komentar

Komentar
()

Top