Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kondisi Pendidikan Era 4.0

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Lalu, belakangan, menghadapi pelajar gagap, guru ikut gagap pula. Ditengarai, moral semakin tergusur, guru lalu menyuntikkan pendidikan karakter ke setiap mata pelajaran, tanpa pikir panjang. Jadilah semua mata pelajaran berkiblat pada karakter. Sekilas, ini masuk akal. Tetapi, jika ditelisik lebih dalam, ini justru sangat aneh.

Contoh, seorang guru matematika lebih banyak berceramah ketika anak didik tidak tahu hasil 135:5. "Itu tak baik. Menambahkan hasilnya adalah korupsi. Mengurangi juga korupsi," katanya. "Jangan korupsi. Itu dosa," lanjut guru itu. Mata pelajaran jadi aneh. Padahal, mengutip Iwan Pranoto, dalam matematika tak dikenal norma jujur. Jika siswa menuliskan 2 + 3 = 7, dia bukan tak jujur, tetapi salah. Juga bila anak didik menghitung luas persegi panjang dengan cara menjumlahkan, bukan mengalikan panjang dan lebar, itu bukan tak patuh, tetapi salah.

Pendidikan membekukan nalar. Semua murid terampil membincangkan karakter, tetapi gagap menerapkan. Ini masuk akal karena bagi sekolah ketuntasan belajar cukup dinilai dari kemampuannya menumpahkan semua huruf ke dalam kertas saat ujian. Sekolah tak peduli sikap anak selama kemampuan memindahkan hafalan ke atas kertas pada masa ujian masih sangat baik. Maka, jangan heran jika hari-hari belakangan, di tengah digembor-gemborkannya narasi pendidikan karakter, justru saat itulah kepada masyarakat disuguhi bergelimang sikap tak senonoh dari siswa ke siswa atau dari siswa ke pegawai/guru dalam bentuk video.

Di video itu, tanpa malu, siswa terbahak-bahak, kadang sambil merokok, meledek guru, tidur saat guru mengajar, atau kadang kelas menjadi 'pasar' tak keruan. Video-video seperti ini cepat viral. Beberapa pelaku di balik video memang ditindak. Namun, tak butuh waktu lama, bahkan sangat berdekatan, video yang mirip akan bermunculan. Tampaknya, kejahatan seperti ini sudah menjadi hobi. Mereka merasa bangga.

Baca Juga :
Perspektif

Contoh-contoh tadi hanya segelintir kasus. Namun, ini sebenarnya sudah menjadi data yang menunjukkan, sekolah gagap menghadapi tantangan zaman. Guru masih mengajarkan pengetahuan, sedang zaman sudah menginginkan kemampuan. Karena bosan dengan pembelajaran kaku itulah kiranya banyak pelajar jenuh. Dampaknya, siswa mendadak nakal yang pelan-pelan menjadi kebiasaan iseng dan akhirnya berubah tindakan yang benar-benar jahat.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top