Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Tsunami dalam Balut Nasionalisme

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Momentum bencana tsunami di Aceh dan DIY membuat Amat, tokoh utama dalam novel ini, merenungkan kembali nasionalisme bangsa Indonesia. Amat mengkritisi media cetak yang membesarkan berita seseorang, tapi lupa memberitakan Aceh yang masih banyak perlu diliput.

Dia protes, "Ada ibu-ibu yang melaporkan mayat di samping rumahnya, tapi tidak mau ikut mengebumikan karena bukan keluarganya. Tapi, setelah diingatkan seharusnya ikut membantu, ia baru tersadar. Juga masih ada yang tega melakukan penjarahan. Di beberapa tempat pakaian-pakaian berserakan seperti tanpa guna, sehingga untuk sementara sumbangan pakaian disetop (hal 30)."

Sesuai dengan anjuran redaksi, opini tersebut akhirnya ditulis dengan bantuan istrinya, Bu Amat dan putrinya, Ami. Tulisan itu berhasil dimuat koran. Bagian terbaik dari buku ini isi opini tersebut. Amat bimbang menerima honor tulisan di tengah penderitaan korban bencana.

Dengan dalih pemutihan, honor tersebut disumbangkan kepada korban melalui putrinya. Namun oleh anaknya untuk mentraktir Amat di hari ulang tahunnya. Ami beralasan tulisan ayahnya telah membangkitkan empati masyarakat, sehingga tak perlu lagi ada pemutihan.

Buku ini terbit bulan Agustus, identik dengan peringatan hari ulang tahun Kemerdekaan Indonesia. Pembaca diajak merenungi kembali makna kemerdekaan. Menurut Amat, kemerdekaan tidak usai dibicarakan, meski telah 52 episode seperti sinetron Merdeka yang rutin dinikmati istrinya.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top