Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Tiga Kerabat Membongkar Kejahatan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

ISBN : 978-602-60514-9-3

Alam semesta penuh kejutan. Hanya manusia perlu mengamati dan merenungkan agar dapat mengambil pelajaran darinya. Alam takambang jadi guru atau alam terkembang jadikan guru. Begitulah orang tua di Minang menyebutnya (hal 18). Buku ini menceritakan anak Jakarta bernama Donwori Bihepi (Hepi) yang ditinggalkan ayahnya, Martiaz, di Tanjung Durian, di ranah Minang sebagai hukuman karena tidak lulus sekolah.

Tanjung Durian sendiri merupakan tanah kelahiran Martiaz. Di kampung itulah, Hepi tinggal bersama kakek dan neneknya. Hepi yang merasa dibuang ayahnya berjanji akan kembali ke Jakarta dengan usaha sendiri. Dia lalu mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia bertemu tokoh-tokoh dengan berbagai karakter. Dia juga mengalami petualangan menyenangkan, mengharukan, dan bahkan mendebarkan.

Hepi mulai belajar makna kehidupan dari setiap petualangan yang dialami. Petulangan Hepi selalu diiringi kedua kerabat, Attar sang penembak jitu dan Zen si penyayang binatang. Ketiganya bertemu satu karakter yang penuh misteri. Tokoh ini memiliki tatapan tajam, jadi mesin pencetak uang dan pemangsa binatang hidup. Namanya Pandeka Luko.

Namun dari Pandeka Lukolah, Hepi belajar menghadapi luka masa lalu. "Manusia tidak akan ditinggalkan Tuhan. Jangan takut sewaktu menjadi orang terbuang. Takutlah membuang waktu. Manusia tidak dibuang. Hanya merasa dibuang. Manusia tidak ditinggalkan. Dia yang merasa ditinggalkan. Ini hanya soal memberi terjemahan pada nasib" (hal 255-256).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top