Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kinerja Sektor Manufaktur Melambat pada April Lalu

Foto : ANTARA/Muzdaffar Fauzan

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat meninjau business matching IKM pangan dan Furnitur di Jakarta, Kamis (2/5/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Aktivitas manufaktur pada April 2024 melambat dari bulan sebelumnya. Kinerja sektor manufaktur dipekirakan terdampak gejolak global.

Berdasarkan laporan S&P Global Indonesia, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur nasional berada di level 52,9 poin. Angka tersebut di bawah capaian pada Maret lalu sebesar 54,2.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan PMI manufaktur Indonesia berada di level ekspansif selama 32 bulan berturut-turut. "PMI manufaktur Indonesia pada April turun tapi masih dalam angka yang sehat, masih dalam angka yang sangat solid yaitu 52,9 poin," kata Menperin dalam acara business matching IKM pangan dan furnitur di Jakarta, Kamis (2/5).

Menperin mengatakan, nilai PMI yang ekspansif dan berkelanjutan selama 32 bulan beruntun itu merupakan sebuah capaian yang tak semua negara di dunia bisa mewujudkannya.

"Hanya ada dua negara di dunia yang bisa mencatat ekspansi 32 bulan berturut-turut yaitu India dan Indonesia," ujar Agus.

Dirinya menjelaskan penurunan yang terjadi pada indeks pembelian manufaktur itu akibat adanya masa libur panjang selama 10 hari saat periode Lebaran Tahun 2024.

Apabila dibandingkan dengan negara kompetitor seperti Thailand, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan yang mencatat PMI manufakturnya kontraksi di bawah 50, menurut dia indeks yang diperoleh Indonesia menjadi bukti konsistensi dalam menjaga keberlangsungan industri manufaktur.

Sebelumnya Menperin mengatakan purchasing manager's index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret berada di level tertinggi selama 2,5 tahun.

Dia menyampaikan kinerja PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2024 lebih baik dibandingkan PMI manufaktur negara-negara lain yang masih berada di fase kontraksi, seperti Malaysia 48,4, Thailand 49,1, Vietnam 49,9, Jepang 48,2, Korea Selatan 49,3, Jerman 41,6, Prancis 45,8, serta Inggris di angka 49,9.

Menurutnya, untuk terus menaikkan nilai ekonomi, dan meningkatkan performa sektor manufaktur, diperlukan dukungan kebijakan yang strategis seperti pemberlakuan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) di semua sektor industri.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top