Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 13 Jun 2019, 01:00 WIB

Keunggulan Jurnalisme saat Ini

Foto:

Judul : Agama Saya Adalah Jurnalisme

Penulis : Andreas Harsono

Penerbit : Kanisius

Cetakan : 2018

Tebal : 268 halaman

ISBN : 978-979-21-2699-0

Barangkali kecepatan dan ketepatan dimiliki tiap orang untuk menyebarkan informasi. Bahkan sering wartawan meliput berita bersumber Facebook. Meskipun tidak semua, wartawan sering kalah cepat dan tepat dalam mencari berita. Lalu, di mana keunggulan wartawan agar masyarakat tetap membaca surat kabar? Apa era baru yang serba-daring ini akan mendisrupsi profesi wartawan yang konvensional atau bahkan juga daring?

Kenyataannya, banyak perlu diketahui masyarakat tentang keunggulan berita. Media masih dibutuhkan semua negara terutama Indonesia yang sering kali terhasut informasi menyesatkan. Masih banyak yang belum melek literasi, sehingga tidak dapat menangkap informasi secara tepat dari sumber berseliweran. Dengan melihat sembilan elemen jurnalistik, keunggulan berita akan terlihat.

Elemen pertama kebenaran. Faktanya, kebenaran bisa diambil dari berbagai sudut pandang. Hal ini bisa menjadi rumit bila tidak benar-benar paham kebenaran dalam penulisan berita (hal 16). Bukan kebenaran naif maupun filosofis, tapi fungsional. Perumpamaan kebenaran fungsional agar lebih mudah dipahami ibarat seorang fasilitator mengajar di pelatihan budi daya lele. Tidak semua ilmu diberikan, tapi yang diperlukan saja.

Kedua, wartawan menempatkan loyalitasnya pada masyarakat (hal 18). Jika ini tidak dilakukan, bisa jadi keadaan masyarakat akan porak-poranda. Buku Politik Kuasa Media karya Noam Chomsky menjelaskan, media pernah juga digunakan untuk kepentingan suatu golongan saja. Amerika menggunakannya untuk mengagitasi untuk mengobarkan semangat perang yang rasis. Ini praktik keliru dan masa itu sebelum ada sembilan elemen jurnalis rumusan Bill Kovach dan Tom Rosentiel.

Elemen jurnalisme ketiga disiplin verifikasi (hal 20). Wartawan bisa lupa dan salah. Dengan rutin verifikasi, kesalahan akan terkikis. Keempat, independensi (hal 24). Seorang wartawan tidak akan terpengaruh orang lain dalam penulisan berita. Ia selalu setia pada kebenaran.

Selanjutnya, jurnalistik memantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas dengan investigative reporting (hal 26). Robert Greene pada buku yang ditulis John Ullmann Investigative Reporting: Advanced Methods and Techniques menunjukkan, batasan liputan investasi setidaknya memiliki ide orisinil, (2) kepentingan bersama, dan (3) ada pihak yang coba menyembunyikan kejahatan dari publik.

Keenam, jurnalistik sebagai forum publik (hal 27) yang menyediakan ruang untuk masyarakat menuangkan gagasan. Ketujuh, jurnalisme harus memikat dan relevan (hal 28). Berita yang disampaikan harus menarik dilihat dan tidak membosankan. Kedelapan, kewajiban wartawan menjadikan beritanya proporsional dan komprehensif (hal 29) untuk menjaga kenetralan informasi. Kesembilan, wartawan mendengarkan hati nurani (hal 30).

"Selain itu, jurnalistik yang bermutu berhak menolak menerbitkan naskah yang sifatnya sexist, racist, maupun sectarian (hal 226)." Berita yang dimuat telah melewati proses ketat dan rumit seperti wawancara langsung sumber utama, rutin verifikasi, dan cover both sides. Dengan demikian, berita kredibel.

Dengan mengetahui sekelumit aturan tadi, rakyat dengan sadar akan membutuhkan berita. Rakyat tidak lagi, puas dengan share informasi atau tragedi di media sosial. Jurnalistik harus mendidik masyarakat lewat berita. Misalnya mengonfirmasi pada pakar dan menyelipkan saran agar kejadian buruk serupa tidak terulang.

Buku ini dibagi menjadi empat bab: laku wartawan, penulisan, dinamika ruang redaksi, dan peliputan. Selain memberi informasi jurnalistik, penulis yang pernah menerima Nieman Fellowship on Jurnalisme dari Universitas Harvard ini juga membahas isu jurnalistik yang selama ini disembunyikan. Diresensi Khoirul Muttaqin, Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Penulis: Arip, CS Koran Jakarta, Dika, Dimas Prasetyo, Dio, Fathrun, Gembong, Hamdan Maulana, Hayyitita, HRD, Ichsan Audit, Ikn, Josephine, Kelly, Khoirunnisa, Koran Jakarta, Leni, Lukman, Mahaga, Monic, Nikko Fe, Opik, Rabiatul Adawiyah, Rizky, Rohmad, Sujar, Tedy, User_test_2, Wahyu Winoto, Wawan, Zaky

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.