Kepulauan Faroe, Tanah Domba yang Kaya Ikan
Pada 1655 pulau-pulau tersebut diberikan kepada seorang bangsawan Denmark, Christoffer Gabel, yang pada 1662 juga diberi hak perdagangan tunggal. Ketika dia meninggal, digantikan oleh putranya Frederik, dan kepulauan ini tetap menjadi wilayah kekuasaannya sampai 1709.
Ketika kerajaan kembali memegang kendali, langsung menggantikan pemerintahan tidak langsung yang dijalankan oleh keluarga Gabel. Didorong oleh banyak keluhan dari warga Faroe selama pemerintahan dan perdagangan Gabel, Kerajaan Denmark akhirnya mengambil alih.
Setelah masa reformasi administrasi dan penataan, Faroe pada 1720 digabungkan menjadi satu provinsi dengan Islandia. Penggabungan dengan Provinsi Sjælland ini berlangsung selama sekitar 50 tahun. Baru pada 1800-an, Faroe lebih terintegrasi dalam pemerintahan pusat Denmark yang bersekutu dengan Prancis pada perang Napoleon. Ia menyerahkan Norwegia ke Swedia tetapi tetap mempertahankan ketergantungan dengan Norwegia di Greenland, Islandia, dan Faroe.
Melalui reformasi administrasi pada 1816, aturan lama dihapuskan, dan Kepulauan Faroe diberi status provinsi Denmark. Perwakilan lokal di Faroe di pusat kekuasaan di Denmark menjadiamtmand(komisaris tinggi), yang seperti pejabat negara lainnya memiliki pendidikan yang diperlukan untuk menduduki posisi sebagai gerejawi dan pegawai negeri.
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya