Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Laporan Bank Dunia I RI di Posisi Ke-7 Negara dengan Utang Luar Negeri Terbesar

Kenaikan Utang Luar Negeri Melampaui Pendapatan

Foto : Sumber: World Bank
A   A   A   Pengaturan Font

"Negara yang ada di posisi 1-6, seperti Tiongkok, India, dan Russia, cadangan devisanya besar dan melebihi utang mereka, jadi tidak masalah. Jangan membandingkan utang RI dengan Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Tiongkok yang cadangan devisanya sangat besar, itu keliru," kata Aditya.

Utang Indonesia jika dibandingkan dengan cadangan devisa sudah jelas negatif, apalagi jika orientasinya impor terus. "Berapa lama lagi kita bertahan untuk berutang, jangan sampai bayar bunganya saja sudah tidak mampu. Belum lagi, kalau menteri-menteri doyan impor, terutama barang konsumsi yang bisa diproduksi di Indonesia. Lain halnya, kalau itu barang modal, tidak masalah," kata Aditya.

Di sisi lain, tambahnya, pemerintah tidak berani melakukan moratorium bunga obligasi rekapitalisasi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang membebani keuangan negara. Obligasi rekap yang tidak dinikmati oleh rakyat, tapi oleh para obligor dananya ditaruh di luar negeri.

"Mereka buat perusahaan di luar negeri dengan uang Indonesia. Bahkan debitor terbesar, asetnya di luar negeri, sementara utangnya di Indonesia tidak dibayar. Obligasi rekap, mau tidak mau ditanggung APBN yang sumber pembiayaannya dari utang luar negeri," katanya.

Jika demikian maka yang terjadi para debitor BLBI malah mendapat deviden, seperti sekarang yang lagi musim bagi-bagi deviden. "Kita boleh berutang kalau untuk bangun ekonomi yang produktif, jangan untuk konsumsi dan talangi debitor BLBI. Sudah puluhan tahun utang mereka tidak dilunasi. Dari satu menteri ke menteri selanjutnya pikirannya hanya impor, sedangkan BLBI tidak ditagih. Kalau begini terus, bagaimana RI tidak akan bangkrut. Kalau Satgas BLBI tidak serius juga menagih utang para pengemplang, Indonesia bisa bangkrut," kata Aditya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top