
Kematian Akibat Flu Musim Dingin di AS Melampaui Jumlah Kematian Karena Covid-19
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau US Centres for Disease Control and Prevention (CDC).
Foto: AFP/Tami ChappellWASHINGTON – Influenza baru-baru ini menyalip Covid-19 sebagai virus paling mematikan di Amerika Serikat (AS) musim dingin ini, pertama kalinya dalam lima tahun penyakit musiman ini melampaui patogen pandemi.
Sejak Covid-19 mulai menyebar luas pada awal tahun 2020, penyakit ini telah membunuh hampir 42 kali lebih banyak orang di AS daripada flu.
Dikutip dari The Straits Times pada Kamis (20/2), data mortalitas awal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau US Centres for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa tahun 2025 muncul sebagai tahun penting bagi influenza.
Menurut Peter Chin-Hong, spesialis penyakit menular dan profesor kedokteran di Universitas California, San Francisco, sementara kekhawatiran tentang meningkatnya wabah flu burung mendominasi berita utama di AS, influenza musiman telah mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari 15 tahun dan kini telah melampaui kematian akibat Covid-19 selama dua bulan terakhir.
CDC terus mengimbau warga AS untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mendapatkan vaksin flu dan Covid-19, menerapkan kebersihan yang baik, serta menghindari kontak dengan orang sakit. Meskipun pandemi Covid-19 mulai terkendali, musim flu tahun ini menjadi pengingat bahwa penyakit pernapasan musiman tetap dapat mengancam jiwa, terutama bagi kelompok rentan.
CDC memperkirakan, flu telah membuat sedikitnya 29 juta orang sakit, menyebabkan 370.000 orang dirawat di rumah sakit, dan mengakibatkan 16.000 kematian sejak Oktober 2024.
Sementara itu, angka kematian akibat Covid-19 telah menurun, didorong oleh kekebalan dari vaksinasi dan infeksi sebelumnya, serta evolusi virus Sars-CoV-2, yang sekarang menyebabkan komplikasi yang tidak terlalu parah.
“Musim flu berfluktuasi – beberapa tahun lebih buruk daripada tahun lainnya, dan musim flu kali ini sangat parah,” kata Chin-Hong.
Ia menunjuk sejumlah faktor di balik kebangkitan tersebut, mulai dari tingkat vaksinasi yang rendah hingga keterlambatan pengobatan, terutama pada kelompok yang biasanya tidak dianggap berisiko tinggi.
Keterlambatan Diagnosis
Musim dingin ini didominasi oleh strain H1N1 dan H3N2, dengan strain terakhir terkenal menyebabkan penyakit yang lebih parah.
"Anak-anak sangat terdampak akibat buruknya penerimaan vaksin, sementara musim flu baru-baru ini di Amerika Selatan menunjukkan kemungkinan berkurangnya kemanjuran vaksin," ujar Chin-Hong.
Para ahli kesehatan masyarakat menyoroti bahwa penurunan tingkat vaksinasi flu dan kelelahan masyarakat terhadap langkah-langkah pencegahan kesehatan mungkin menjadi faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya angka kematian akibat flu. Selain itu, perubahan pola penyebaran virus serta cuaca dingin yang ekstrem juga memperburuk situasi.
Tingkat vaksinasi untuk anak usia enam bulan hingga 17 tahun telah turun dari 58 persen pada Januari 2020 menjadi hanya 45 persen pada akhir Januari 2025.
Namun, kekhawatiran yang paling mendesak adalah keterlambatan diagnosis dan penanganan kasus, terutama di antara mereka yang berisiko terkena pneumonia dan komplikasi berat lainnya.
“Tingginya angka rawat inap dan kematian menunjukkan bahwa orang-orang yang berisiko tidak terdiagnosis cukup dini sehingga antivirus seperti oseltamivir tidak efektif dalam mencegah penyakit parah,” kata Chin-Hong.
Hambatan dalam meresepkan oseltamivir, bersama dengan perlunya deteksi dini yang lebih baik, tetap menjadi tantangan utama.
“Kita perlu mengubah narasi bahwa virus pernapasan hanya menyebabkan penyakit serius pada orang dewasa yang lebih tua, seperti yang kita lihat pada Covid,” katanya.
“Flu juga menyerang orang yang sangat muda.”
- Baca Juga: Prancis Ajak Eropa Bersiaga Militer
- Baca Juga: Australia-PNG Segera Teken Perjanjian Pertahanan
Dengan kondisi ini, tenaga medis dan fasilitas kesehatan di berbagai negara bagian berupaya mengatasi tekanan yang meningkat akibat lonjakan pasien flu, sementara pemerintah daerah mempertimbangkan langkah-langkah tambahan untuk mengurangi dampak kesehatan masyarakat di sisa musim dingin ini.
Berita Trending
- 1 Cegah Tawuran dan Perang Sarung, Satpol PP Surabaya Gencarkan Patroli di Bulan Ramadan
- 2 AWS Dorong Inovasi Melalui Pendidikan Berbasis STEAM
- 3 Ditlantas Polda Babel awasi pergerakan kendaraan lintas kabupaten
- 4 Penemuan Fosil Purba di Tiongkok Mengubah Sejarah Evolusi Burung
- 5 Persija Jakarta Kini Fokus Laga Lawan PSM Makassar
Berita Terkini
-
Diambil Alih Amazon, Siapa yang Bakal Jadi James Bond Berikutnya?
-
Tekan Impor BBM, Program B40 Tahun 2025 Butuh 15,6 Juta Ton CPO
-
Sampah Terus Jadi Masalah, KLH Minta Pemda Beri Sanksi Pengelola Kawasan yang Tak Mau Urus Sampah
-
Demi Pertumbuhan Ekonomi, Kemenperin Perkuat Hilirisasi Petrokimia dan Gas
-
Diundang Penutupan Retret Kepala Daerah, Ini Kata Rano Karno