Kemajuan AI Tiongkok Semakin Mengkhawatirkan AS
Presiden Tiongkok Xi Jinping berbicara setelah bergabung dalam foto bersama selama KTT G20 di Rio de Janeiro, Senin, 18 November 2024.
Foto: IstimewaWASHINGTON - Sebuah kelompok advokasi pro-teknologi telah merilis laporan baru yang memperingatkan tentang meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi kecerdasan buatan Tiongkok dan pendekatan sumber terbukanya yang dapat mengancam keamanan nasional dan ekonomi Amerika Serikat.
Laporan yang diterbitkan oleh American Edge Project tersebut menyatakan bahwa "Tiongkok dengan cepat mengembangkan ekosistem sumber terbuka miliknya sendiri sebagai alternatif teknologi Amerika dan menggunakannya sebagai kuda Troya untuk menanamkan nilai-nilai PKT ke dalam infrastruktur global."
"Kemajuan mereka signifikan sekaligus mengkhawatirkan: perangkat AI sumber terbuka yang dikembangkan Tiongkok kini mengungguli model Barat pada tolok ukur utama, sekaligus beroperasi dengan biaya yang jauh lebih rendah, sehingga mempercepat adopsi global. Melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), yang menjangkau lebih dari 155 negara di empat benua, dan Jalur Sutra Digital (DSR), Tiongkok mengekspor teknologinya ke seluruh dunia, yang mendorong peningkatan ketergantungan global, merusak norma-norma demokrasi, serta mengancam kepemimpinan AS dan keamanan global," ungkap laporan tersebut
Dikutip dari Fox News, laporan itu menguraikan bagaimana model AI Tiongkok menyensor berbagai peristiwa bersejarah yang dapat menggambarkan Tiongkok dalam pandangan buruk, menyangkal atau meminimalkan pelanggaran hak asasi manusia, dan menyaring kritik terhadap para pemimpin politik Tiongkok.
"Tiongkok tengah melaksanakan rencana ambisius senilai 1,4 triliun dolar untuk mendominasi teknologi global pada tahun 2030, dengan sistem sumber terbuka sebagai landasan strategi AI-nya," demikian pernyataan laporan tersebut.
"Sementara banyak perusahaan Barat berfokus Tiongkok model AI berbayar dan berpemilik, Tiongkok secara agresif mempromosikan alternatif gratis dan berbiaya rendah untuk mendorong adopsi global yang cepat."
Laporan tersebut melanjutkan, "Dengan menyediakan akses bebas bagi sebagian besar teknologi AI, Beijing ingin memastikan sistem dan standarnya tertanam dalam tulang punggung keuangan, manufaktur, dan komunikasi dunia. Melalui tindakan terkoordinasi antara pemerintah dan industri, Tiongkok berupaya membentuk kembali lanskap teknologi global sembari memprogram nilai-nilai PKT dan mekanisme kontrol ke dalam sistem-sistem penting di seluruh dunia."
Laporan tersebut menjelaskan bahwa Tiongkok "berlomba" untuk menerapkan AI sementara Amerika Serikat terhambat dalam memprioritaskan regulasi AI.
"Sementara pemerintah Amerika dan Eropa fokus pada regulasi AI, Tiongkok secara agresif mendorong sistem AI-nya ke pasar global," demikian pernyataan laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa, "Pedoman ini mencerminkan strategi Tiongkok yang sukses dengan teknologi 5G, di mana Huawei memperoleh pangsa pasar yang dominan melalui penetapan harga yang agresif dan penerapan yang cepat sebelum negara-negara Barat dapat merespons secara efektif. Kini di bidang AI, satu perusahaan Tiongkok saja, Alibaba Cloud, telah merilis lebih dari 100 model sumber terbuka dalam 29 bahasa yang berbeda, membanjiri pasar global sementara perusahaan-perusahaan Barat harus mematuhi persyaratan regulasi yang semakin rumit."
Laporan tersebut memaparkan perbedaan antara respons model AI Tiongkok dan AS serta memberikan rekomendasi kebijakan untuk "mempertahankan kepemimpinan AI AS," yang mencakup pemanfaatan "kesempatan bersejarah untuk mengamankan kepemimpinan AI Amerika yang langgeng" dan menghindari "pembatasan sepihak terhadap ekspor dan akses ke sistem AI AS".
"Jika Amerika kalah dalam perlombaan global untuk mendominasi teknologi AI sumber terbuka dan tertutup, sistem otoriter Tiongkok akan menulis masa depan, dan para pembuat kebijakan Washington tidak boleh membiarkan itu terjadi," kata Doug Kelly, CEO American Edge Project, kepada Fox News Digital.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa "implikasi kepemimpinan Tiongkok dalam pengembangan AI global sangat mendalam."
"Dunia dengan ekosistem AI yang dibangun Beijing tanpa kendali akan menjadi pukulan telak bagi AS dan bagi kemanusiaan secara keseluruhan," kata Center for New American Security dalam laporan tersebut.
"Jika AI Tiongkok mendunia, maka akan terjadi pula ketidakpatuhan yang terang-terangan terhadap perjanjian internasional tentang teknologi tersebut."
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kunto Aji Persembahkan Video Musik "Melepas Pelukan Ibu" yang Penuh Haru di Hari Ibu
- 2 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 3 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 4 Kasihan, Mulai Tahun Depan Jepang Izinkan Penembakan Beruang
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
Berita Terkini
- Paus Fransiskus Serukan Keberanian untuk Memperbaiki Dunia
- BMKG Prakirakan Hujan Mewarnai Perayaan Natal di Sejumlah Daerah
- Ini Daftar SPKLU di Rest Area Tol Trans Jawa untuk Perjalanan Libur Nataru
- Layanan Paspor Tetap Buka Saat Natal, Khusus untuk Keadaan Mendesak
- Bapanas: Beras Premium Tidak Dikenakan PPN 12 Persen