Kekacauan di Pleistosen Tengah
Foto: istimewaManusia purba Homo bodoensis yang baru diumumkan dikategorikan sebagai spesies baru. Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh paleoantropolog Universitas Winnipeg Dr Mirjana Roksandic, menyatakan fosil tersebut hidup pada periode Pleistosen Tengah.
Para peneliti yang menganalisis ulang fosil-fosil kuno mengatakan bahwa H bodoensis berasal dari kelompok hominin baru yang hidup di Afrika sekitar 600.000 tahun yang lalu. Oleh karena layak diberi predikat sebagai spesies baru.
H bodoensi yang telah punah hidup pada periode Pleistosen Tengah, hidup antara 770.000 dan 126.000 tahun yang lalu. Para peneliti berpendapat bahwa spesies tersebut hidup secara luas di seluruh Afrika selama ratusan ribu tahun.
Para ahli paleoantropologi menyebut periode Pleistosen Tengah mengalami kekacauan, pasalnya pada rentang waktu tersebut banyak hidup spesies manusia purba di Bumi ini.
Di Eropa, hidup Neanderthal, di timur Asia muncul Denisovan. Di Afrika bagian selatan terdapat Homo naledi sampai hadirnya manusia modern (Homo sapiens) pada sekitar 300.000 tahun yang lalu.
"Masalahnya adalah memilah fosil mana yang termasuk dalam spesies mana dan dengan demikian seberapa luas dan umur panjang setiap spesies itu. Ada juga masalah mencari tahu spesies mana yang memunculkan spesies mana," kata paleoantropolog Universitas Winnipeg Dr Mirjana Roksandic, yang terlibat dalam penelitian H bodoensis, seperti dikutip dari laman New Scientist.
Misalnya, dulu dianggap bahwa H heidelbergensis adalah nenek moyang Neanderthal. Namun ini kemudian disanggah karena secara genetik Neanderthal muncul lebih awal pada periode Pleistosen Tengah, bahkan mungkin sebelum zaman fosil H heidelbergensis tertua yang pernah ada.
Ada Neanderthal yang hidup di utara Spanyol 430.000 tahun yang lalu. Dalam lima tahun terakhir, banyak spesimen Eropa yang sebelumnya digambarkan sebagai H heidelbergensis telah direklasifikasi sebagai Neanderthal awal.
Roksandic dan rekan-rekannya ingin memahami kekacauan ini. Mereka berpendapat bahwa semua fosil Afrika yang sebelumnya disebut H heidelbergensis atau H rhodesiensis harus dianggap sebagai satu spesies menjadi bernama H bodoensis, yang selanjutnya melahirkan H sapiens sebagai cikal bakal manusia saat ini.
Sedangkan fosil H heidelbergensis yang ditemukan di Eropa semuanya dapat diklasifikasikan kembali sebagai Neanderthal awal, dan bahwa fosil dari Mediterania timur yang tidak sesuai dengan spesies mana pun dapat mewakili perkawinan silang.
"Tim memilih H bodoensis sehingga hominin Afrika ini akhirnya memiliki nama Afrika," pungkas Roksandic. hay/I-1
Berita Trending
Berita Terkini
- Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- Persebaya Surabaya Taklukkan Madura United 2-1
- Agar Inflasi Terkendali, Pemerintah Perlu Tunda Rencana Kenaikan Pajak Penjualan
- Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
- Demi Jaga Kedaulatan Pangan, RI Perlu Tiru Negara Maju Lindungi Pasar Domestiknya