Kasus Campak Global Meningkat 20 Persen dari Tahun 2022
Seorang anak di Sudan menerima suntikan vaksin saat vaksinasi terhadap virus campak dan rubella di Kota Gedaref, Sudan, beberapa waktu lalu.
Foto: Foto: AFPJENEWA – Sebuah studi yang dipublikasikan pada Kamis (14/11) menyebutkan infeksi campak melonjak seperlima pada tahun 2023 menjadi lebih dari 10 juta kasus di seluruh dunia. Dikutip dari The Straits Times, dari publikasi bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau = US Centres for Disease Control and Prevention (CDC), di seluruh dunia, diperkirakan ada 10,3 juta kasus campak pada tahun 2023.
“Hal ini menandai peningkatan sebesar 20 persen dari tahun 2022, yang menunjukkan bahwa cakupan imunisasi yang tidak memadai secara global menjadi pendorong lonjakan kasus,” kata laporan itu. Campak merupakan salah satu penyakit paling menular di dunia. Cakupan vaksin campak/rubela minimal 95 persen diperlukan untuk mencegah wabah.
Namun pada tahun 2023, hanya 83 persen anak-anak di seluruh dunia yang menerima dosis pertama vaksin campak melalui layanan kesehatan rutin, tingkat yang sama seperti pada tahun 2022, tetapi turun dari 86 persen sebelum pandemi. Hanya 74 persen yang menerima dosis kedua pada tahun 2023. “Vaksin campak telah menyelamatkan lebih banyak nyawa daripada vaksin lainnya dalam 50 tahun terakhir,” kata Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataan bersama.
Untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan menghentikan virus mematikan ini agar tidak membahayakan orang-orang yang paling rentan, kita harus berinvestasi dalam imunisasi untuk setiap orang di mana pun mereka tinggal. “Vaksin campak adalah perlindungan terbaik kita terhadap virus ini, dan kita harus terus berinvestasi dalam upaya untuk meningkatkan akses,” tambah Direktur CDC, Mandy Cohen.
Ancaman Endemik
Akibat kesenjangan global dalam cakupan vaksinasi, 57 negara mengalami wabah campak yang besar dan mengganggu pada 2023, naik dari 36 negara pada tahun sebelumnya. Semua kawasan, kecuali Amerika, terkena dampak, dengan hampir setengah dari semua wabah besar dan mengganggu terjadi di Afrika.
Virus yang dapat menyebabkan ruam, demam, dan gejala mirip flu, tetapi juga komplikasi yang sangat parah pada anak kecil diperkirakan telah menewaskan 107.500 orang di 2023, sebagian besar berusia di bawah lima tahun. Ini menandai penurunan sebesar 8 persen dari tahun sebelumnya.
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
Berita Terkini
- Perjalanan Nataru Makin Nyaman! Serambi MyPertamina Hadir di Rest Area Tol, Pelabuhan Hingga Bandara
- Kunto Aji Persembahkan Video Musik "Melepas Pelukan Ibu" yang Penuh Haru di Hari Ibu
- AKHKI Siap Perkuat Pelindungan Hak atas Kekayaan Intelektual Indonesia
- Bintang Indrianto Persembahkan "Ikrar Cinta", Album Pop Jazz yang Penuh Makna
- Sejumlah Jenis Makanan Ini Dapat Meringankan Sembelit