Junta Minta Bantuan Tiongkok Soal Perbatasan
Bahas Perbatasan l Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing (kiri), berjabat tangan dengan PM Tiongkok, Li Qiang, saat keduanya bertemu di Kunming pada Rabu (6/11). Dalam pertemuan itu keduanya membahas keamanan dan stabilitas di sepanjang perbatasan
Foto: AFP/MYANMAR MILITARY INFORMATION TEAMBEIJING - Pemimpin junta Myanmar mendesak Tiongkok untuk membantu menciptakan stabilitas di perbatasan bersama mereka dalam kunjungan pertamanya ke negara tetangga di utara sejak melakukan kudeta militer tahun 2021.
Kunjungan Jenderal Senior Min Aung Hlaing dilakukan setahun setelah pemberontak di wilayah perbatasan Myanmar utara melancarkan serangan yang menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan pemerintahan militernya.
Tiongkok memiliki kepentingan ekonomi yang luas di Myanmar termasuk jaringan pipa energi yang melintasi negara Asia tenggara ini yang membentang dari Samudra Hindia hingga ke Provinsi Yunnan di Tiongkok selatan. Tiongkok sangat ingin melihat berakhirnya kekacauan yang dipicu oleh kudeta yang menggulingkan pemerintah terpilih.
Min Aung Hlaing tiba di Kota Kunming, ibu kota Yunnan, pada Selasa (5/11) untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat provinsi dan pertemuan regional mengenai peluang investasi. Media pemerintah Myanmar tidak melaporkan adanya rencana perjalanan pemimpin junta itu ke Beijing.
“Jenderal senior itu membahas perlunya menekankan pada stabilitas daerah perbatasan dan mempercepat kerja sama untuk stabilitas daerah perbatasan sehingga perdagangan ekspor dan impor dapat dilakukan,” kantor berita Myawady yang dikelola militer Myanmar melaporkan.
Aliansi pemberontak yang berbasis di Negara Bagian Shan di perbatasan timur laut dengan Tiongkok, berhasil membuat kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam melawan pasukan junta setelah melancarkan serangan pada 27 Oktober tahun lalu, merebut sedikitnya lima pos perlintasan perdagangan utama di perbatasan. Sekutu-sekutu pemberontak di bagian lain Myanmar juga telah melakukan serangan, membuat militer berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akibat terjadinya kekacauan di perbatasan, Tiongkok telah menutup penyeberangan perbatasan untuk memberikan tekanan ekonomi kepada mereka untuk mengakhiri perang. Tiongkok juga telah menutup perbatasannya bagi warga sipil yang melarikan diri dari pertempuran di beberapa tempat.
Warga mengatakan bahwa penutupan perbatasan oleh Tiongkok sejak 27 Oktober lalu telah menyebabkan kelangkaan obat-obatan, bahan bakar, makanan, barang elektronik dan barang-barang rumah tangga yang menyebabkan melonjaknya harga-harga.
Dukung Transisi
Sementara itu Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, menyatakan dukungan Beijing terhadap upaya rekonsiliasi dan transisi politik Myanmar dalam pertemuan dengan pemimpin junta Myanmar pada Rabu (6/11), media pemerintah melaporkan.
PM Li juga mengatakan bahwa Tiongkok bersedia memperkuat solidaritas dan kerja sama dengan Myanmar di arena multilateral, dan menawarkan untuk lebih mempromosikan koridor ekonomi Tiongkok-Myanmar, Xinhua melaporkan.
Untuk semua itu, PM Li meminta Myanmar untuk melindungi keselamatan warga negara dan organisasi Tiongkok di negara tersebut, dan menyoroti perlunya kedua pihak untuk bersama-sama memerangi kegiatan kriminal lintas batas, termasuk perjudian daring dan penipuan telekomunikasi. ST/RFA/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung