Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis di Myanmar

Junta Kirim Kapal Perang ke Rakhine

Foto : Twitter/IrrawaddyNews

Kapal selam milik AL junta Myanmar saat tiba di Kota Praja Kyauk Phyu pada 31 Mei lalu

A   A   A   Pengaturan Font

YANGON - Militer Myanmar mengirim lebih banyak pasukan ke Negara Bagian Rakhine di tengah kekhawatiran bahwa gencatan senjata informal dengan Tentara Arakan (AA) akan segera berakhir.

Selain itu penduduk setempat melaporkan sebuah kapal selam junta telah tiba di Kota Praja Kyauk Phyu pada 31 Mei lalu setelah berlayar melalui Teluk Benggala dan menyusuri Sungai Than Zit. "Sebuah kapal perang tiba keesokan harinya," ucap mereka pada Kamis (2/6).

Seorang warga yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan mengatakan bahwa kapal perang itu dilengkapi dengan artileri berat dan landasan pendaratan helikopter.

"Kapal perang itu sangat besar," kata penduduk itu. "kapal itu merapat di Pelabuhan Nomor Tiga di Kyauk Phyu dan saya melihat tentara turun. Saya tidak tahu ada berapa banyak, tetapi saya memperkirakan ada ratusan tentara di dalamnya," imbuh dia seraya mengatakan bahwa kapal perang dan kapal selam itu lalu pindah ke Pelabuhan Nomor 15 di Pangkalan Angkatan Laut Thit Pote Taung di Kyauk Phyu setelah menurunkan pasukan.

Kota Praja Kyauk Phyu merupakan sebuah lokasi bagi salah satu proyek infrastruktur terbesar Tiongkok di Myanmar, termasuk Pelabuhan Laut Dalam Kyauk Phyu.

Warga berspekulasi bahwa bala bantuan pasukan dikirim untuk melindungi kepentingan bisnis Tiongkok di tengah kekhawatiran bentrokan antara militer dan AA.

Menanggapi laporan tersebut, juru bicara junta membantah telah mengirim lebih banyak tentara ke Kyauk Phyu pada 31 Mei lalu. Pada konferensi pers pada 19 Mei, juru bicara itu mengatakan militer tidak dapat disalahkan jika pertempuran pecah di Rakhine.

Makin Menderita

Ketegangan antara junta militer dan AA telah tinggi sejak awal Mei. Peningkatan ketegangan telah membuat penduduk setempat dan politisi Rakhine khawatir bahwa pertempuran dapat terus berkobar.

Sebuah LSM yang memantau krisis merilis laporan pada Rabu (91/6) yang mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dari pertempuran. International Crisis Group (ICG) mengatakan warga di Negara Bagian Rakhine akan menderita jika pertempuran pecah lagi.

Kelompok perlawanan AA yang berdiri pada 2009 dan tumbuh menjadi tentara etnis, telah berperang dengan militer Myanmar selama dua tahun. Keduanya sempat membuat gencatan senjata informal pada November 2020, namun gencatan itu belum diformalkan dan AA mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendirikan negara merdeka bagi etnis Rakhine.

Bentrokan antara pejuang AA dan pasukan junta pecah di dua desa dekat Kota Praja Paletwa pada 26 Mei lalu sehingga menimbulkan kekhawatiran gencatan senjata akan runtuh.

"Dimulainya kembali konflik skala penuh dapat membahayakan nyawa jutaan penduduk etnis minoritas di Negara Bagian Rakhine," menurut ICG seraya mengatakan bahwa langkah AA untuk menguasai wilayah di utara kemungkinan akan mempengaruhi kehidupan sebanyak 3 juta etnis Rakhine dan Rohingya.RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top