Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 28 Des 2021, 07:09 WIB

Jiwa Kesatria

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kanan) berbincang dengan keluarga almarhumah Salsabila di Desa Ciaro, Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (27/12/2021). Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengunjungi rumah duka serta berziarah ke makam kedua korban tabrak lari yang diduga melibatkan oknum TNI AD.

Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa

Jiwa kesatria selalu ditanamkan sejak dini kepada setiap prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Karena itu tidak heran jika dalam kehidupan sehari-hari jiwa kesatria tercermin dari perilaku dan tindak-tanduk para prajurit.

Jiwa kesatria banyak diartikan sebagai jiwa yang teguh serta berani membela kebenaran dan melawan segala bentuk kejahatan sehingga sangat disegani. Jiwa kesatria juga bisa diartikan sebagai sikap berjiwa besar, mengakui kelemahan dan kekalahan dalam suatu pertandingan. Pendek kata kesatria dihubungan dengan sifat-sifat yang agung seperti kebesaran jiwa, berani berkorban, bijaksana, mementingkan kepentingan yang lebih luas, dan sejenisnya.

Namun sayang, jiwa kesatria yang harusnya sudah mendarah daging di setiap diri seorang prajurit, tidak tampak pada tiga oknum prajurit TNI, Kolonel P, Koptu AS, dan Kopda DA yang terlibat tabrakan di Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Apalagi salah satu dari tiga prajurit yang diduga terlibat dalam kecelakaan di Nagreg tersebut adalah seorang perwira menengah.

Pada saat kejadian (8 Desember 2021), ketiganya bukannya membawa sepasang korban, Handi (18 tahun) dan Salsabila (14 tahun) ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan, tetapi malah memasukkannya ke dalam mobil dan terus melanjutkan perjalanan menuju Jogja kemudian dibuang di Sungai Serayu di Jawa Tengah. Kemudian pada 11 Desember, dua jenazah korban itu ditemukan di aliran Sungai Serayu di Jawa Tengah.

Menurut Bidang Kedokteran Kesehatan (Bidokkes) Polda Jateng, dari hasil autopsi, Handi saat dibuang diduga dalam keadaan masih hidup. Di saluran nafasnya dipenuhi pasir atau air sungai sampai paru-paru. Sedangkan Salsabila sudah dalam keadaan meninggal di lokasi kecelakaan.

Sungguh tindakan yang dilakukan tiga prajurit TNI tersebut sangat disayangkan. Mereka sudah tidak memiliki jiwa kesatria, mereka tidak mau mengakui kesalahannya, hanya mementingkan kepentingannya. Sikap yang sangat bertentangan dengan jiwa seorang kesatria.

Maka tidak heran jika Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal Dudung Abdurachman akan mengawal proses hukum terhadap tiga oknum prajurit TNI AD pelaku tabrak lari di Nagreg hingga tuntas. Kasusnya saat ini sudah ditangani Pomdam III Siliwangi.

Bahkan Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa telah menginstruksikan Penyidik TNI serta Oditur Jenderal TNI untuk memberikan hukuman tambahan pemecatan dari dinas militer kepada tiga oknum anggota TNI AD tersebut.

Semoga saja kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua akan arti pentingnya sikap kesatria. Sikap yang sangat mulia ini harus ditanamkan ke semua masyarakat Indonesia sejak dini, terlebih kepada prajurit TNI.

Kalau saja sikap kesatria itu ditunjukkan oleh tiga oknum TNI yang terlibat kecelakaan di Nagreg, hukumannya mungkin tidak seberat ini, kasus kecelakaan dan pembuangan korban ke sungai disidangkan, masih juga ditambahi hukuman dipecat dari dinas milter.

Redaktur: Koran Jakarta

Penulis: Koran Jakarta

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.