Jimmy Carter, Pahlawan Perdamaian dari AS Ini Meninggal pada Usia 100 Tahun
Mantan presiden AS, Jimmy Carter
Foto: AFP/Emmanuel DUNANDPLAINS – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) berusia 100 tahun dan peraih Nobel perdamaian yang berlatar belakang sederhana, Jimmy Carter, meninggal dunia pada hari Minggu (29/12).
Dikutip dari The Korea Times, Carter telah menjalani perawatan rumah sakit sejak pertengahan Februari 2023 di rumahnya di Plains, Georgia, kota kecil yang sama tempat ia dilahirkan dan pernah mengelola perkebunan kacang sebelum menjadi Gubernur Peach State dan mencalonkan diri menjadi Presiden.
"Carter meninggal dengan tenang di rumahnya di Plains, dikelilingi oleh keluarganya," kata Carter Center dalam sebuah pernyataan.
"Ayah saya adalah pahlawan, tidak hanya bagi saya, tetapi juga bagi semua orang yang percaya pada perdamaian, hak asasi manusia, dan cinta tanpa pamrih," kata Chip Carter, putra mantan Presiden, dalam pernyataan tersebut.
Carter adalah mantan pemimpin AS tertua yang masih hidup dan presiden yang paling lama berkuasa di negara itu, sebuah hasil yang tampaknya tidak mungkin terjadi pada tahun 2015 ketika Demokrat Selatan itu mengungkapkan ia menderita kanker otak.
Namun, veteran Angkatan Laut AS dan penganut Kristen yang taat ini berulang kali menentang segala rintangan untuk menikmati masa jabatan pasca-presiden yang panjang dan membuahkan hasil, setelah empat tahun di Ruang Oval yang sering dianggap mengecewakan.
Kesepakatan Camp David
Selama masa jabatan tunggalnya, Carter menaruh komitmen pada hak asasi manusia dan keadilan sosial, menikmati dua tahun pertama yang kuat yang mencakup menengahi kesepakatan damai antara Israel dan Mesir yang dijuluki Kesepakatan Camp David.
Ia mendirikan Carter Center pada tahun 1982 untuk mengejar visinya mengenai diplomasi dunia, dan ia merupakan penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2002 atas usahanya yang tak kenal lelah untuk mempromosikan keadilan sosial dan ekonomi.
Ia mengamati banyak pemilu di seluruh dunia dan muncul sebagai mediator internasional terkemuka, menangani masalah global dari Korea Utara hingga Bosnia.
Carter, yang dikenal dengan senyumnya yang lebar, mengatakan prinsip-prinsip dasar Kristen seperti keadilan dan kasih menjadi landasan kepresidenannya. Ia mengajar sekolah Minggu di Maranatha Baptist, gerejanya di Plains, hingga usia 90-an.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah menerima berbagai perawatan di rumah sakit, termasuk ketika ia mengungkapkan pada bulan Agustus 2015 bahwa ia menderita kanker otak dan sedang menjalani radiasi.
Penghormatan mengalir dari para pemimpin Gedung Putih masa lalu, masa kini, dan yang baru.Mantan presiden Bill Clinton mengatakan Carter "bekerja tanpa kenal lelah demi dunia yang lebih baik dan lebih adil," sementara Donald Trump mengatakan rakyat Amerika berutang "utang budi" kepada Demokrat tersebut.
George W Bush mengatakan warisan Carter akan "memberikan inspirasi bagi warga Amerika dari generasi ke generasi," sementara Barack Obama mengatakan mantan pemimpin tersebut "mengajarkan kita semua tentang apa artinya menjalani kehidupan yang penuh keanggunan, martabat, keadilan, dan pelayanan."
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 2 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 3 Trump Mulai Tangkapi Ratusan Imigran Ilegal
- 4 Menkes Tegaskan Masyarakat Non-peserta BPJS Kesehatan Tetap Bisa Ikut PKG
- 5 Keren Terobosan Ini, Sosialisasi Bahaya Judi “Online” lewat Festival Film Pendek
Berita Terkini
- Dorong Swasembada Pangan, Pertamina Fasilitasi Rumah Potong Unggas Raih Sertifikasi Halal
- PPRO Tawarkan Evenciio Apartment, Hunian Modern yang Dinamis untuk Mahasiswa Depok
- Fundamental Ekonomi Domestik Kuat, BI Ajak Investor Global Berinvestasi di Indonesia
- Trump Berpidato Secara Virtual dalam Forum Ekonomi Dunia ke-55 di Davos
- Polri Berkoordinasi dengan Otoritas Singapura untuk Ekstradisi Paulus Tannos