Trump Akan Memangkas Surplus Negara yang Berdagang dengan AS
Presiden AS, Donald Trump
Foto: istimewaJAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump diperkirakan akan kembali memenangkan perang dagang dengan negara mitra-mitra AS. Hal itu karena posisi perdagangan AS yang saat ini defisit terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada. Sebagai pebisnis, Trump tentu tidak sembarangan dalam bertindak dan sudah siap jika perang dagang terjadi.
Dia akan memangkas surplus perdagangan negara mitra dengan pemberlakuan tarif. Strategi Trump itu dinilai mirip dengan hal yang terjadi antara Uni Eropa (UE) dan Inggris setelah referendum Brexit beberapa tahun lalu. Dikutip dari UnHerd, ketika itu Uni Eropa memiliki surplus perdagangan yang besar terhadap Inggris, sehingga lebih banyak kerugian yang akan dialami akibat perang dagang.
Terbukti, hasilnya korban terbesar Brexit bukanlah ekonomi Inggris, tetapi industri Jerman. Kekuatan AS di bawah kepemimpinan Trump terbukti dengan keputusan Presiden Panama, José Raúl Mulino yang tidak akan memperpanjang perjanjiannya dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok atau “The Belt and Road Initiative”, menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio ke Panama.
Ini adalah langkah yang akan menjadikannya negara Amerika Latin pertama yang meninggalkan inisiatif tersebut. Berita ini merupakan pukulan bagi Beijing, yang memandang Panama sebagai hal yang penting bagi upaya pengaruh asingnya di Belahan Bumi Barat.
Perusahaan- perusahaan Tiongkok mengoperasikan pelabuhan di dekat Terusan Panama, yang dimiliki dan dioperasikan oleh AS hingga memindahkan kendali ke Panama pada tahun 1999. Setelah pertemuannya dengan Mulino, Rubio mengatakan Amerika Serikat “tidak bisa, dan tidak akan, membiarkan Partai Komunis Tiongkok melanjutkan kontrolnya yang efektif dan terus berkembang atas wilayah Terusan Panama.”
“American First”
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti mengapresiasi jiwa nasionalisme Trump. Trump ujarnya memang dari awal menjabat selalu melihat neraca perdagangan. Kecenderungan Trump adalah akan menaikkan tarif produk dari negara lain yang dianggap tidak menyebabkan defisit ke AS.
“Produk AS tidak dibeli oleh Tiongkok, Meksiko, dan Kanada karena harganya tidak kompetitif,” katanya. Indonesia sebenarnya bisa meniru yang dilakukan Trump untuk melindungi produk dalam negeri. Kalau mau meniru Trump maka Indonesia harus mempersiapkan produknya yang punya daya saing tinggi, artinya kualitas bagus dan harga murah, karena konsumen itu punya rational expectation.
Sementara itu, peneliti Mubyarto Institute Awan Santosa menilai pemberlakuan tarif terhadap Tiongkok, Kanada, dan AS ditujukan untuk mengekang aliran narkoba dan imigran gelap ke AS. Mengenai rencana tindakan balasan tiga negara tersebut terhadap AS, Awan mengatakan bahwa AS itu daya belinya begitu tinggi.
Jadi tindakan balasan terhadap pengenaan tarif yang dilakukan oleh AS bukan masalah besar. Trump selalu mengedepankan semboyan American First. Dia akan memotong semua defisit perdagangan dengan mengenakan tarif yang tinggi dan negara yang mengancam mata uangnya, dollar AS, akan dikenakan tarif 100 persen.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 3 Majukan Ekosistem Digital Indonesia, Diperlukan Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
- 4 Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal
- 5 Meksiko, Kanada, dan Tiongkok Siapkan Tindakan Balasan ke AS