Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Jepang Berpaling Ke Jagung Guna Tingkatkan Ketahanan Pangan

Foto : AFP
A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Invasi Russia ke Ukraina bersama dengan sejumlah isu global lainnya telah mengakibatkan melonjaknya harga pangan. Situasi ini telah membuat fokus baru terhadap ketahanan pangan, terutama bagi negara-negara seperti Jepang yang banyak mengandalkan impor.

Para peternak di Jepang utara mengatasi masalah ini dengan menghasilkan pakan ternak mereka sendiri dan bukannya mengandalkan pengiriman dari luar negeri. Jagung yang dihasilkan di dalam negeri diperkirakan akan mengurangi biaya serta memastikan pasokan yang stabil dan bisa diandalkan.

Selama beberapa bulan terakhir, babi di peternakan Shiwahime Swaine di Provinsi Miyagi, Jepang utara, telah diberi pakan yang kebanyakan terdiri dari jagung dan beras. Semua yang dimakan ternak tersebut ditanam di Jepang.

Peternak Teruyoshi Ishikawa berencana menjual 1.000 babi yang dimilikinya dan akan mempromosikan fakta bahwa hewan-hewan itu diberi makanan yang dihasilkan di dalam negeri. Ini merupakan nilai jual yang juga menandai peralihan metode.

Sekitar 80 persen pakan hewan di Jepang berasal dari impor. Harganya kini 50 persen lebih tinggi dibandingkan dua tahun lalu.

Dalam hal kemandirian pangan secara keseluruhan, Jepang menghasilkan hanya 38 persen dari konsumsi kalori populasinya. Ini merupakan tingkat terendah di kalangan negara-negara G7.

Ishikawa mengatakan biaya yang melonjak serta kekhawatiran pasokan telah membuat dirinya membuat perubahan. "Tingkat kemandirian pangan Jepang terlalu rendah. Saya pikir sangat penting untuk memfokuskan pada produksi domestik, termasuk atas petani jagung dan peternak seperti saya," ucap Ishikawa.

Jagung bagi ternak babi Ishikawa berasal dari kota yang bersebelahan, Wakuya. Para petani di sana baru saja melakukan panen pertama tahun lalu. Para pejabat kota mendorong mereka untuk kembali ke jagung karena jagung telah menjadi lebih mahal dan juga memerlukan lebih sedikit upaya daripada padi.

Seperti halnya di kebanyakan pedesaan Jepang, tenaga kerja yang tersedia bagi pertanian jumlahnya menurun akibat populasi yang menua dan para petani kerap merasa terlalu banyak bekerja.

Pejabat kota itu, Koji Fujisaki, menjelaskan bahwa padi merupakan tanaman andalan kota itu, tetapi memerlukan banyak upaya dari petani. Ditambahkannya, produksi jagung memerlukan tenaga kerja lebih sedikit, sehingga pihaknya memutuskan untuk menerapkannya.

Para petani yang beralih dari padi ke jagung bisa menggunakan peralatan yang telah dimiliki. Mereka juga menerima konsultasi teknis gratis dari para pakar pertanian.

Jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan jagung adalah sekitar satu perlima dari padi. Para petani di Wakuya berharap panen tahun ini akan menghasilkan jagung yang lebih banyak dan lebih baik.

Tatsuya Oikawa, salah seorang petani yang terlibat, menyebutkan meskipun subsidi pemerintah memberikan hasil yang setimpal saat ini, jagung punya potensi untuk menghasilkan profit. Ia juga berharap tangkai dan bagian lain tanaman itu akan menyuburkan tanahnya.

Oikawa menyokong peralihan tanaman dalam negeri. "Saya kira akan ideal bagi para petani Jepang untuk menghasilkan jagung bagi pakan ternak dalam negeri," ucap dia.

Profesor Keiichi Ishii dari Universitas Tohoku merupakan pakar pertanian global. Ia mengatakan menanam jagung untuk pakan adalah acara yang efektif guna meningkatkan kemandirian Jepang. Ia menyebutkan bahwa di Jepang, lahan pertaniannya terbatas dan bentuknya sering kali sempit.

Secara basis per kapita, Jepang memiliki jumlah sangat kecil lahan pertanian dibandingkan dengan negara-negara G7 lainnya. Ishii mengatakan ini artinya penting untuk menggunakan lahannya seefektif mungkin. Menurutnya, menanam jagung bagi pakan ternak bisa terbukti penting guna melindungi ketahanan pangan nasional.

"Tiga hal berikut penting guna mempertahankan produksi jagung dalam negeri, alih-alih mengandalkan pakan impor lagi," tutur dia. "Satu adalah minat konsumen terhadap daging babi, daging sapi, dan daging ayam. Kedua, dukungan lebih banyak dari pemerintah mungkin diperlukan. Ketiga, para petani perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas."

Targetkan Kemandirian

Ada sejumlah produsen susu di Wakuya dan para pejabat kota berharap sapi-sapinya mungkin juga bisa hidup dari jagung yang ditanam setempat. Kotoran hewan itu bisa digunakan untuk menyuburkan lahan yang digunakan bagi tanaman, sehingga meningkatkan siklus kemandirian.

Data Kementerian Pertanian Jepang menunjukkan produksi dalam negeri atas jagung yang digunakan bagi pakan ternak meningkat secara pesat. Pada 2021, sekitar 8.000 ton telah dipanen, lebih dari empat kali lipat jumlah yang dihasilkan tujuh tahun lalu.

Para pejabat menganggap tiap bonggol jagung yang dihasilkan di dalam negeri sebagai satu langkah menuju ketahanan pangan nasional yang lebih baik. NHK/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat, Berbagai Sumber

Komentar

Komentar
()

Top