Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jangan Jadi Pemimpin Utopis

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Mereka lupa tugas pemimpin membangun optismisme yang benar berdasar kenyataan. Risikonya, ini akan menambah ketidakpercayaan pada demokrasi. Para calon pemimpin yang telah mengg adaikan integritasnya untuk populisme akan menghanyutkan diri pada janji-janji dan tidak membangun kemandirian rakyat.

Dipertaruhkan

Demi masa depan demokrasi yang lebih baik, semua harus membuka mata atas gejala dan fenomena seperti ini. Rakyat harus berani berefleksi dan belajar kejadian di negara lain seperti Amerika Latin agar bangsa ini tidak benar-benar jatuh di lubang yang sama.

Ketika ideologi populisme semakin mewarnai praksis demokrasi, dan semua bersikap permisif, masa depan bangsa dipertaruhkan. Persoalannya mendasar, dalam situasi dan kondisi seperti itu, mencari pemimpin yang ideal kerap kali hanya sebuah utopia. Sebab siapa pun pemimpinnya, dengan sistem demokrasi gado-gado seperti ini, akan terpenjara oleh kepentingan politik do ut des. Kepentingan yang selalu mempertanyaakan "saya dapat apa." Ini menjadikan pemimpin terpilih sulit mengaktualisasikan kebijakan-kebijkannya sesuai dengan misi dan visi.

Selama sistem demokrasi masih terus dirongrong seperti ini, jangan berharap akan muncul pemimpin ideal. Itu terasa seperti idiom klasik 'menunggu tenggelamnya perahu gabus dan mengambangnya batu hitam.' Mimpi memiliki pemimpin ideal menjadi sebuah utopia karena sebenarnya yang terjadi hanyalah mimpi. Arah tujuan mereka jelas hanyalah kepentingan politik jangka pendek.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top